Setinggi Puncak Sumatera

intan elsa lantika
Chapter #16

15. Keikhlasan Dalli

Puti membuka pintu ruang rawatan dengan pelan agar tak membangungkan Dalli. Hari sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Puti terkejut melihat Tio yang masih berada di dalam kamar rawatan Dalli.

“Kamu masih disini?” tanya Puti pada Tio.

Tio terkejut dan menatap Puti yang tengah berdiri di ambang pintu.

“Kamu masih marah?”

“Ngapain juga aku marah?” jawab Puti santai.

Tio menatap wajah Dalli yang sedang tertidur lalu berdiri, Tio menggenggam tangan Puti dan menariknya keluar.

Tio melepaskan tangan Puti, lalu berdiri tegap menghadap Puti.

“Aku minta maaf telat jemput kamu kemarin!" ujar Tio.

“Nggak ada yang perlu dimaafin!” jawab Puti santai dengan wajah polos, Puti melangkah berusaha melewati Tio.

Tio dengan sigap menggenggam tangan Puti kembali yang berusaha lewat di sampingnya namun tatapannya datar lurus kedepan tanpa menatap Puti. Sehingga posisi mereka sejajar mamun tak saling menatap.

“Kamu marah kenapa Puti?” tanya Tio sambil menguatkan genggamannya, “Jangan menjauhi aku!” lanjut Tio.

Puti berusaha menarik tangannya dari genggaman Tio, namun semakin Puti berusaha, genggaman Tio semakin kuat.

“Pergi aja sama cewek baru kamu, nggak usah ganggu aku lagi!”

Tio terkejut mendengar ucapan Puti, ia sempat melemahkan genggaman tangannya, namun sebelum Puti pergi ia kembali menggenggam tangan Puti.

"Aku udah putus! Sumpah!" Tio membela diri.

"Kan ada yang baru lagi?" bantah Puti.

"Yang mana lagi sih, Puti?" Tio mulai kesal.

"Yang katanya mau jemput aku, tapi malah pergi sama cewek lain! Nggak usah sok polos!" Puti menatap tajam pada Tio.

“Kamu lihat aku sama cewek di dekat pohon besar? Dia teman aku, dia cuma nganterin hp aku yang tinggal di posko pendakian, karena dia jalan kaki, ya aku antar aja sekalian pake mobil. Dia itu," ucapan Tio terhenti.

“Hey yo!” sapa seseorang dari arah belakang Puti.

“Mas Yuda! Kebetulan banget!” sapa Tio sedikit mengangkat tangannya.

“Yang jatuh dari tebing kemarin itu teman kamu ya? Orang-orang pada heboh, gimana keadaannya?” tanya mas Yuda.

“Iya, alhamdulillah selamat mas, kakinya harus di amputasi, tapi bukan gara-gara jatuh kemarin, malah ketahuan ada tumor di tulangnya.”

Mas Yuda mengangguk.

Lihat selengkapnya