Jam 3 pagi Puti sudah dibangunkan oleh Tio.
“Puti! Puti!” Tio menggoyang-goyangkan jempol kaki Puti.
Puti membuka mata dengan paksa.
“Hmmm?” mata Puti masih setengah terbuka.
“Ayo siap-siap! Kita mau summit,” ujar Tio semangat.
Puti tiba-tiba membulatkan matanya menatap Tio.
"Jangan dipaksain! Kita nunggu di sini aja!"
“Aku udah sembuh!” Tio mengambil tangan Puti dan meletakkan di dahinya.
Puti tersenyum lega, “Kamu beneran nggak apa-apa?” tanya Puti memastikan.
“Sumpah! Aku baik-baik aja! Yuk!” Tio mengangkat alisnya.
“Kita udah jauh-jauh ke sini loh! Masa nggak sampai puncak? Aku juga udah janji sama Dalli!” lanjut Tio memaksa.
***
Semua pendaki mulai bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan di pagi buta. Akhirnya Puti juga memutuskan untuk tetap melanjutkan perjuangannya.
“Kalian semua siap?” tanya mas Yuda meyakinkan.
“Siap!” jawab para rombongan serentak.
Mereka melanjutkan perjalan yang benar-benar sulit dan terjal dengan pencahayaan seadanya. Terasa udara sangat dingin. Batu yang disentuh pun serasa sedingin es.
Tak lama kemudian fajar mulai muncul dari atas danau gunung tujuh yang terlihat dari tempat mereka berdiri. Betapa takjubnya Puti melihat pemandangan yang lebih luar biasa dari sebelumnya.
“Hadiah kerja keras kamu udah mulai kamu dapatkan!” ujar Tio berbisik pada Puti.
Mereka melanjutkan lagi perjalanan. Di tempat yang agak datar dan berpasir langkah Puti terhenti. Tio yang berada di belakang Puti otomatis ikut berhenti.
“Kamu capek?”
Puti menggeleng, “Kak Dalli operasi pagi ini.”
“Kamu harus kuat, kamu lihat! Sedikit lagi kita sampai di puncak.” Tio menunjuk puncak atap Sumatera yang sudah terlihat lebih dekat.
“Dalli mau aku bawa kamu menaklukkan puncak Sumatera! Sedikit lagi ya!” ujar Tio menyemangati.
Puti mulai bergerak lagi, ia menginjak tanjakan berpasir yang sesekali membuat langkah Puti merosot kembali ke bawah. Puti harus menaklukkan tanjakan berpasir dengan batu-batu yang sedingin es.
***
Dalli memandang lurus langit-langit atap rumah sakit. Air mata tak henti-hentinya mengalir dari sudut matanya.
“Ma, Puti mana?" ujar Dalli samar dalam dekapan masker oksigen yang menutupi mulutnya.
"Puti masih di puncak Sumatera," jawab ibu Dalli.
"Aku kangen Puti, Ma!"
"Iya, kamu harus semangat ya, lusa Puti pulang, kamu bisa ketemu Puti lagi! Kamu harus kuat! Biar operasi bisa dilakukan secepatnya!"
Dalli sudah di pindahkan ke ruang ICU. Seharusnya sekarang operasi amputasi kaki Dalli dilakukan, namun keadaan umum Dalli sangat lemah dan terus menurun. Operasi terpaksa ditunda hingga keadaannya membaik.
"Aku udah nggak bisa nunggu, Ma!" ujar Dalli terbata-bata.