Puti meletakkan rangkaian bunga di atas makam Dalli, Tio juga melakukan hal yang sama. Puti duduk memegang nisan Dalli.
Puti terdiam menatap nisan yang bertuliskan nama Dalli, ia menyentuh dan mengusap papan yang masih terasa basah dengan lembutnya.
"Kakak kenapa pergi?" Puti berbicara pada nisan Dalli.
"Aku sudah menggapai mimpi ku kak, aku sudah melihat apa yang ada di balik bukit-bukit itu dari atas gunung, di luar sana ternyata lebih indah lagi kak, aku belum sempat memenuhi janji ku untuk membawa kakak keluar dari penjara ini! Tapi kakak memilih jalan yang berbeda untuk keluar!"
“Dalli akan tenang di sana,” ujar Tio menguatkan Puti.
Puti berdiri dan menaburkan bunga di atas tanah menggembung yang masih basah.
Puti dan Tio berjalan keluar dari area makam, mereka terus berjalan menyusuri kebun teh.
"Dalli benar-benar mengalah!" ujar Tio tiba-tiba.
"Hmm, maksudnya?"
"Aku udah tau, Dalli mencintai kamu!"
Langkah Puti terhenti, Puti menghadapkan badannya pada Tio. Mereka sekarang berdiri di atas bukit teh.
"Tapi Dalli bilang, kamu jatuh cinta sama aku. Dalli bilang dia mau mengalah, kalau aku bisa bawa kamu ke cinta pertama kamu, gunung Kerinci!" Mata Tio memerah dan kepalanya tertunduk.
"Aku nggak pernah tau, dia mengalah dengan cara ini, maaf, Puti!" suara Tio terdengr seperti menahan tangis.
Puti juga tertunduk.