Setitik cinta di Lembah Thuwa

almahyra shanum
Chapter #2

"Inikah yang namanya hidup baru ?"

Seorang wanita paruh baya tergopoh masuk ke dalam rumah, didapatinya pintu terbuka lebar namun Halwa ditemuinya dalam posisi duduk tetapi kedua matanya terpejam. Mukena putih masih membalut seluruh tubuhnya, agaknya gadis ini benar-benar kelelahan hingga tertidur di ruang tamu.

Didekatinya gadis itu pelan, diraba tangannya namun tak ada pergerakan. 

"Halwa..," 

"Halwa sayang, ini Bibi, Nduk," 

Halwa mulai tersadar meski matanya belum terbuka sempurna. 

"Ini Bibi, Nduk. Bangun, Halwa," 

Halwa terperanjat kaget, seharusnya dia terus berada pada mode stand by tapi kedatangan Bibinya pun dia tak tahu. Kantuk sungguh telah menggelayuti matanya.

"Aaa Bibi," tangannya mulai memeluk Bi Inggar erat-erat. Seolah menemukan air di tengah gurun, hati Halwa ikut tenang melihat Bibinya sudah berada di sampingnya. 

"Bibi minta maaf ya, Nduk. Karena Bibi, kamu harus malam-malam sendirian di Stasiun," 

Mata Halwa sudah sembab, tangis yang dia tahan sedari malam seketika tumpah begitu saja. Bi inggar mengusap kedua mata itu dengan lembut. Dipeluknya tubuh gadis itu, Halwa tampak sangat ketakutan.

"Lalu, dimana Ibra? Kamu sendirian lagi?" Tanya Bi Inggar padanya, ditatapnya pendar cahaya mata Halwa. Gadis ini justru terlihat tak tahu dengan nama yang disebutnya. 

"Ibra?" Halwa bertanya-tanya juga, siapa Ibra? 

"Dasar Ibra, Bibi minta tolong dia untuk jaga kamu. Yang bawa kamu kesini siapa, Wa?"

"Laki-laki itu, dia di kamarnya," sambil menunjuk pintu kamar yang tertutup rapat.

"Maaf ya, Nduk. Yang jemput kamu semalam itu tetangga Bibi yang sudah seperti anak Bibi sendiri, namanya Ibra tapi dia anak yang baik kok. Dia anak teman Bibi dan juga temannya kakak sepupumu, Arya. Bibi sengaja meminta tolong ke dia supaya kamu bisa istirahat di rumahnya,"

Kepala Halwa bergidik, baik dari mananya? Sudah ketus, kata-katanya kasar kecuali dia menolongnya di Stasiun tak ada yang hal baik yang dia lakukan. 

Suara langkah kaki terdengar dari luar, seorang pria masuk ke dalam rumah sembari menenteng plastik kresek di tangannya. 

"Udah datang, Bi," sapa pria itu sembari menyalami Bi Inggar.

"Ibra, kenapa Halwa kamu tinggal sendiri dirumah?" Protes langsung datang dari wanita paruh baya itu.

"Aku cuma beli makan, Bi. Gak kemana-mana, cuma di warung sebelah," meletakkan nasi bungkus di depan Halwa

Tatapan mata Halwa benar-benar sinis, tapi pria itu tak kalah juteknya juga. Tak ada yang namanya mempersilahkan makan, meski Halwa tahu nasi bungkus itu untuknya. 

Lihat selengkapnya