Rasika memasuki ruang rawat Alan dengan langkah pelan sembari membawa setangkai bunga dandelion dan lilin aromaterapi seperti biasa. Tidak ada siapapun disana yang menjaga pasien dalam ruang rawat itu. Rasika menaruh lilin aromaterapi yang di bawanya di atas nakas samping tempat tidur sementara setangkai bunga dandelion ia masukkan ke dalam vas bunga dekat jendela.
Rasika menyibak tirai putih ruang rawat Alan agar cahaya dapat masuk. Membuka satu persatu jendela agar angin segar dapat masuk. Di bawah sana, taman rumah sakit sama seperti biasa ketika di akhir pekan selalu di penuhi oleh ibu-ibu hamil yang bergerak lincah mengikuti instruktur senam sehat ceria.
Rasika memandangi pemandangan itu sejenak lalu masuk ke dalam kamar mandi mengambil air sebaskom dan handuk. Rasika menggunakannya untuk membasuh tangan dan wajah Alan. Setelahnya, ia kembalikan ke dalam kamar mandi.
Rasika mendudukkan dirinya di samping tempat tidur Alan. Rasika menatap lekat-lekat wajah Alan. Kakak kelas sekaligus teman terbaiknya itu genap satu tahun terbaring koma hari ini. Kedua telapak tangan Rasika saling meremas satu sama lain di atas pangkuannya.
“Kak Alan nggak capek tidur-tiduran terus? Udah setahun loh, Kak. Kak Alan nggak kangen Ibu Kak Alan? Nggak kangen sekolah? Nggak kangen mendengar celotehan aku? Aku aja kangen, kak.” ujar Rasika menyampaikan keluh kesahnya seperti biasa.
Seperti biasa juga tidak ada respon dari Alan. Kedua mata itu tetap terpejam. Rasika menghela napas berat. Rasika diam. Rasika memperhatikan rambut Alan sudah panjang menyentuh bahu, Rasika yakin jika Alan bangun nanti dia pasti akan mengomel tentang itu, pusing sendiri.
Ceklek
Ibu Alan membuka pintu ruangan putranya. Ia tertahan di ambang pintu ruang rawat putrinya kala dirinya bertemu tatap dengan Rasika. Ibu Alan tetap pada raut datarnya meski disana Rasika memberinya senyum hangat.
“Apa yang kamu lakukan disini?” tanya Ibu Alan sembari melanjutkan langkahnya. Tangannya membawa sekeranjang buah apel.
“Saya mengunjungi Alan, tante.” jawab Rasika seraya bangkit dari posisi duduknya.
“Kamu tidak bosan?” tanya Ibu Alan, mendudukkan dirinya di sisi lain samping tempat tidur putranya. Tangannya dengan aktif mengupas satu buah apel.
“Saya bosan karena itu saya ingin Alan segera bangun, tante.” jawab Rasika seraya kembali duduk.
“Kamu membuat saya bingung.” ujar Ibu Alan lalu menyuapi dirinya sendiri sepotong kecil buah apel.
“Bagian mana yang membuat tante bingung?” tanya Rasika.
“Kamu rajin mengunjungi putra saya, bahkan saya pastikan kamu tidak pernah absen satu hari pun, kamu melakukannya karena benar-benar menyayangi putra saya atau kamu melakukannya atas rasa bersalah pada kondisi putra saya sekarang?” tanya balik Ibu Alan, menatap lekat-lekat Rasika.