SETITIK PUTIH

PinkGreen_0718
Chapter #12

Bagian 11 - Rasika dan Mardeana

Keheningan menyelimuti ruangan makan keluarga Nareka. Semuanya makan dalam diam. Khususnya, Rasika sampai berhati-hati makannya agar suara adu peralatan makan yang digunikan tidak menimbulkan bunyi keras. Mardeana dan Dandelion saling bertukar pandang. Saling meminta untuk membuka suara lebih dulu.

Hasilnya, Mardeana mengalah untuk berani. Mardeana menghela napas sebelum membuka suaranya. Dandelion tersenyum senang melihat keberanian itu. Sementara Rasika yang memang memperhatikan keduanya sedari tadi sedikit bisa memperkirakan apa yang akan keduanya katakan.

“Pa, Ralu beneran akan jadi menantu papa?” tanya Mardeana membuka topik obrolan. 

See, sudah Rasika duga ini pasti tentang Ralu. Tidak masalah, toh Rasika perlu kejelasan apakah dia betul-betul di jodohkan dengan Ralu atau ucapan Mardeana tentang perjodohan itu dua malam yang lalu hanyalah kebohongan belaka.

“Iya, jika dia menikahi salah satu putri papa.” jawab Adley tenang.

“Apakah itu aku?”, tanya Mardeana lagi.

Ketenangan Adley raib seketika. Adley meletakkan sendok dan garpunya ke atas meja. Membalas menatap Mardeana yang memberikan tatapan berbinar penuh harap padanya. Adley mengalihkan tatapannya sejenak pada Rasika yang tampak santai-santai saja lalu kembali menatap Mardeana. Adley menghela napas.

“Bukan, bukan kamu melainkan Rasika.” jawab Adley.

“Pa, Mardeana sudah mencintai Ralu dari jaman kami kuliah. Mardeana pun anak kandung papa sementara Rasika cuma anak angkat papa. Bukannya seharusnya papa lebih mengutamakan kebahagiaan aku, pa? Aku pun pernah bersama dengan Ralu di masa lalu.” ujar Mardeana mengutarakan protesnya.

“Papa tidak mengabaikan perasaan dan kebahagiaan kamu, Mardeana. Hanya saja, ini tentang siapa yang Ralu pilih. Kisah kamu dengan Ralu pun sudah jadi masa lalu.” ujar Adley yang membuat Rasika jadi mengingat bagaimana Ralu memperkenalkannya sebagai calon istri pada sahabat lelaki itu kemarin.

“Pa, meski itu masa lalu tapi apakah pernah papa menanyakan pada Ralu soal perasaannya padaku sebelum papa menjodohkannya dengan Ralu? Tidak-tidak, seharusnya papa mengusahakan aku buat kembali bersama dengan Ralu.” ujar Mardeana siap menumpahkan air matanya.

“Kamu tiba-tiba nggak mengerti Bahasa Indonesia ya? Papa sudah katakan tadi, papa tidak mengabaikan perasaan dan kebahagiaan kamu tapi ini tentang siapa yang Ralu pilih.” ujar Adley.

“Papa mau bilang Ralu memilih Rasika dibandingkan aku? Jangan bercanda, pa. Mereka tidak saling mengenal secara pribadi.” protes Mardeana.

“Ya, jangan protes ke papa dong tapi protesnya ke Ralu.” ujar Adley kembali santai menghadapi gelombang protes dari Mardeana.

“Tapi ‘kan papa bisa menegaskan pada Ralu kalo dia hanya bisa memilih Mardeana.” kali ini Dandelion yang bersuara.

“Hentikan, topik ini cukup sampai disini untuk di bicarakan. Saran papa, cobalah untuk melihat lelaki lain, Mardeana. Sementara Rasika, papa serahkan kepada kamu sepenuhnya tentang bagaimana kamu akan menanggapi mau Ralu terhadap kamu. Ambilah beberapa waktu untuk terlibat satu sama lain di luar urusan pekerjaan. Terakhir buat kamu cobalah untuk bersikap netral untuk kebahagiaan kedua putri kita.” ujar Adley tegas menatap Mardeana kemudian Rasika lalu Dandelion.

Mardeana menurut untuk saat ini. Tidak, dia akan mencari cara lain untuk meraih apa yang ia mau. Dandelion juga memilih menurut sementara Rasika yang sedari tadi diam juga hanya memberi anggukan kepala sebagai respon. Makan malam keluarga kembali dalam keheningan.

Rasika adalah orang pertama yang selesai. Rasika pun memilih undur diri dengan alasan ingin segera istirahat padahal aslinya dia memilih menyendiri di teras belakang rumah. Memandangi kolang renang dan langit malam secara bergantian.

Rasika merogoh saku celananya. Mengeluarkan benda pipih warna silver miliknya. Rasika sedang berpikir keras. Hubungi atau tidak? Pada akhirnya jari-jari Rasika dengan lincah bergerak menghubungi Ralu. Rasika menempelkan ponselnya di telinga kanannya menggunakan tangan kanannya sementara tangan kirinya ia sakukan.

“Assalamu alaikum.”

“Waalaikum salam. Ini aku Rasika.”

Lihat selengkapnya