Setrum Warsito

Bentang Pustaka
Chapter #1

Menemukan Harapan

Sebuah Pengantar: Dr. Warsito Purwo Taruno

Bagi Ramadhanu Ajie, 26 tahun, 19 Maret 2017 adalah hari yang istimewa. Hari itu adalah hari wisudanya sebagai Sarjana Teknik, sekaligus hari wisuda 5 tahun baginya terbebas dari kanker (5-Year Survivor).

Pada 2012, saat masih kuliah di tingkat 3 Teknik Elektro Institut Teknologi Surabaya (ITS), Ajie, terdiagnosis kanker otak ganas. Posisinya terletak di pineal, bagian otak tengah yang merupakan pusat kontrol seluruh tubuh. Kankernya telah menjalar ke sebagian besar thalamus yang merupakan pusat saraf manusia. Risiko koma bisa terjadi kapan saja. Dia harus berhenti kuliah, kondisinya terus menurun hingga tak mampu bangun dari tempat tidur. Secara medis tak ada yang bisa dilakukan untuk membuang kankernya, baik operasi, radiasi ataupun kemo. Alat ECCT menjadi jalan terakhir yang dicobanya. Dua tahun kemudian dia bisa kembali melanjutkan kuliah hingga lulus dan diwisuda. Hasil MRI 2015 menunjukkan massa kanker yang sudah tidak teridentifikasi lagi.

Ajie bukanlah satu-satunya orang yang berhasil melewati “vonis kematian” dari kanker dan mendapatkan harapan hidupnya kembali. Alat yang awalnya dibuat sekadar untuk menolong Yu Warni, ternyata juga membantu Willy, Aditya (adik Willy), Bu Kamilah, Sheeha, Kenji, Taqi, dan ribuan orang lainnya.

Buku ini mengisahkan jalan panjang yang tak pernah mulus hingga rompi anti-kanker ditemukan. Penemuan itu tidak terjadi dalam waktu semalam atau tiba-tiba. Jauh sebelum rompi anti-kanker itu ditemukan, yang ada hanyalah seorang anak desa yang bertarung dengan segala keterbatasan berusaha mendapatkan tempat di tengah-tengah masyarakat dan dunia. Hanya keingintahuanlah yang mendorong untuk meneliti banyak hal.

Bukan hanya keterbatasan materi yang harus dihadapi, kritikan dan tentangan dari dunia tak kalah kerasnya ketika mengenalkan teori dan metode baru. Namun, tantangan terberat justru dihadapi ketika kembali ke tanah air.

Sukses rompi anti-kanker menyebar begitu cepat hingga banyak penderita kanker memburu ECCT. Bagaikan setitik cahaya harapan ketika semua cahaya telah padam. Namun, cemoohan, hujatan, dan makian “kebohongan yang dibungkus teknologi,” menyebar sama cepatnya. Polemik dan kontroversi panas menghiasi media cetak, elektronik maupun media sosial hampir setiap hari selama bertahun-tahun. Majalah ilmiah ternama setingkat Nature sekali pun merasa perlu mengangkat kontroversi itu di halaman website-nya.

Lihat selengkapnya