Sepulangnya dari rumah sakit, Zen mendatangi rumah Luna.
Ia bermaksud untuk mengabari apa yang terjadi dengan Luna pada keluarganya. Zen melihat – lihat dari depan pagarnya yang tinggi. Rumah itu gelap. Lampu – lampunya belum dinyalakan. Ia memeriksa pintu pagar yang terbuat dari besi ulin itu, ternyata tidak terkunci. Zen mendorong pagarnya, setelah melewati pekarangan yang ditumbuhi rumput hijau tebal yan rapih, ia simpan sepedanya di depan teras lalu mengetuk pintunya. Berkali – kali diketuk tidak ada yang membukanya. Zen melihat – lihat sekeliling yang tampak sepi.
“Hey, lagi apa kamu di situ?!”
Zen terkejut dan menoleh. Seorang satpam sedang bertolak pinggang di belakangnya. “Ini yang punya rumahnya kemana ya Pak?” tanya Zen. “Kamu tukang loper koran bukan?” selidik satpam sambil melangkah mendekati. Zen mengangguk. “Ngapain malam – malam, gelap – gelap di sini?” matanya menatap tajam. “Jangan curiga dulu Pak, saya kesini mau mengabari yang punya rumah, kalau Luna mengalami kecelakaan dan sekarang ia ada di rumah sakit,” jawab Zen.
“Hah? Mbak Luna kecelakaan? Waduh, setahu saya orang tuanya Mbak Luna ini pergi sejak kemarin…mereka sempat bilang ke pos jaga untuk titip pengawasan rumah ini selama mereka pergi…” cetus satpam itu.
“Oh…ya sudah kalau gitu Pak, saya hanya ingin mengabarkan itu saja…” sahut Zen. Satpam itu mengangguk melihat Zen pergi mengayuh sepedanya.
***