Blurb
Kamar nomor 404 kamar "fatal error", demikian beberapa staf rumah sakit itu menjulukinya. Di kamar itu seorang anak laki-laki 13 tahun duduk termenung memandang ke luar jendela yang gordennya terbuka lebar. Kamar itu merupakan dunianya, penyakit yang dideritanya seakan sebuah kutukan yang membuatnya hanya bisa bergerak dalam tujuh langkah. Dulu dia sering menganggap dunia di luar kamarnya adalah akhirat, seperti cerita orang mati yang akan didatangi para malaikat selepas penguburnya pergi melangkah sejauh tujuh langkah.
Anak lelaki itu terobsesi pada sebuah wahana carousel. Terang benderang di bawah cahaya kuning keemasan dari ribuan lampu kecil yang berkerlip diiringi musiknya yang berbunyi, ting ... ting ... ting ....
Carousel itu magis, seekor kuda bersurai emas menunggunya disana. Menaikinya kembali adalah segalanya dan menjadi keinginan terakhir bagi anak itu.
Tapi kita takkan bercerita tentang magisnya carousel, kita akan bercerita mengenai kisah seorang pemuda dengan dua gadis dan cerita seorang dokter tua dengan pasien ciliknya.
Kisahnya akan terasa bagai menaiki sebuah roller coaster, mengaduk emosi saat mengikuti perjuangan seorang pasien cilik yang dunianya hanya berputar dalam tujuh langkah kakinya, membuntuti kebimbangan hati seorang pemuda yang berharap bisa menukar kebahagiaannya saat dicintai seorang gadis cantik kaya raya dengan sebuah keajaiban yang tak akan pernah terjadi.
Saat setangkai bunga mawar ungu dipetik susah payah dengan pertaruhan nyawa, kita akan larut dalam keharuan yang sama. Rasa sayang tulus yang datang dari sebuah kepolosan hati itu lebih magis dari sekedar sebuah pengakuan cinta.