Kehidupan Kasuma tidak banyak yang diketahui orang, selain bahwa dia telah ditinggal mati oleh ke dua orang tuanya namun masih memiliki om dan tante yang sebetulnya peduli tapi tinggal di kota lain, Kasuma hanya diketahui memiliki seorang sepupu bernama Chisel yang bersekolah dan tinggal di asrama di dekat tempat indekosnya.
Namun apakah hanya demikian saja?
Sebetulnya dengan penghasilan dari mengajar kursus di dua tempat dan terkadang juga mendapat panggilan privat dan sedikit bantuan dari Om-nya yang dengan alasan telah mengajari anaknya Chisel memberinya uang yang lumayan besar, harusnya dengan penghasilan demikian saja kehidupan Kasuma mestinya tidaklah terlalu memprihatinkan. Namun ada sebuah alasan penting yang tidak banyak diketahui orang.
Kasuma sebetulnya masih memiliki anggota keluarga yang lain, keluarga yang sangat dekat, seorang adik yang sangat dia sayangi.
+++
Kamar itu seluruh dindingnya bercat putih, tampaknya biasa saja layaknya sebuah kamar tidur kecil yang diisi perabotan sederhana, tidak ada benda mewah disitu. Di sudut kiri tempat tidur terdapat sebuah meja kecil yang di atasnya bertumpuk dua buah keranjang plastik, satu teko berisi air minum, satu buah termos kecil, dan dua buah gelas yang satunya berisi susu yang sudah habis setengahnya, serta sebuah sendok makan tergeletak di sampingnya.
Di seberang tempat tidur tampaklah dua buah kursi kayu dan sebuah almari kecil berisi pakaian. Yang kelihatan agak mencolok adalah sebuah rak kayu panjang bertingkat dua yang di bagian rak bawahnya berjajar rapi buku komik, novel dan majalah yang sebagian besar berisi gambar-gambar animasi Jepang. Pada bagian atas rak berjajar mainan-mainan terbuat dari bahan karet dan fiber yang berwujud kapal perang, pesawat tempur dan juga robot-robotan. Namun di separuh bagian rak itu juga berisikan boneka-boneka lucu berbahan kain dengan bentuk binatang semacam teddy bear dan kitty cat dan ada juga boneka ulat hijaunya.
Namun ada perbedaan di tempat tidur satu-satunya yang ada di tengah kamar berukuran 3 x 5 meter itu, tempat tidur yang terbuat dari pipa-pipa besi stainless yang memiliki mekanisme bisa digerakkan naik dan turun ranjangnya, yang di atasnya diletakkan dua buah kasur tebal yang dilapisi seprei berwarna putih bersih. Iya, benar ini memang kamar rawat inap di sebuah rumah sakit, kamar bernomor 404, kamar fatal error demikian beberapa staf rumah sakit itu menjulukinya, sebuah kamar kelas satu yang terletak di tingkat 4 bangunan utama rumah sakit itu.
RS Cassie Crook's adalah rumah sakit yang terbesar dan tertua di kota ini.
Bangunan utama rumah sakit ini terdiri dari gedung delapan lantai yang diapit oleh dua gedung lain yang lebih pendek hingga membentuk konfigurasi huruf U. Di bagian bawahnya terdapat pelataran parkir yang luas dan beberapa paviliun untuk servis dan administrasi. Nama "Cassie Cook's" sendiri asal mulanya ada disebut beberapa macam versi, yang pertama adalah berasal dari nama seorang suster keturunan Belanda bernama Caslyn Croke yang di masa abad pertengahan dulu telah mengabdikan dirinya untuk mengobati warga pribumi. Versi lainnya menyebutkan nama itu sebenarnya berasal dari nama lokasi tempat sebelum dibangunnya rumah sakit yang asalnya adalah sebuah bukit yang disebut warga setempat sebagai bukit Buaya (Crook) karena memang di anak sungai yang mengalir di kaki bukit itu masih terdapat banyak buaya.