Seyya

Nadyas Aulia
Chapter #3

Sahabat Aneh

Happy Reading...

● ● ●

"Sahabat adalah orang yang selalu ada disisi kita saat kita senang maupun sedih."

● ● ●

Hari senin pagi yang cukup cerah. Matahari mulai terbit disebelah barat menyinari SMA Negeri 8 Jakarta.

Pukul setengah tujuh pagi, siswa SMA Negeri 8 Jakarta berkeliaran untuk bersiap mengikuti upacara bendera di hari senin.

Mulai dari berbaris, menyiapkan bendera, menyiapkan mix, menyiapkan pengumunan, sampai menyiapkan barisan.

Seyya memakai topi upacara, bersiap berdiri dan keluar bersama temannya Siska dan Kesya dari kelasnya untuk berbaris di lapangan upacara.

Seyya memiliki dua sahabat. Yang satunya tolol, tingkat kepercayaan dirinya tinggi bagaikan awan yang gak dapat digapai. Tapi dia kalau serius kadang dialah yang paling bijak, siapa lagi kalau bukan Siska.

Dan yang satunya lagi suka ngehalu, serasa hidupnya ada di dalam drakor dan dia suka narsis di akun media sosialnya. Dia adalah Kesya.

"Yaelah, panas-panas gini suruh upacara lagi. Kenapa gak kita di kelas aja santuy-santuy," rewel Siska.

"KITA BAKALAN KENA HUKUMAN SISKA TOLOL," teriak Kesya di depan telinga Siska dengan sebal.

"Gapapa kali Sis, kan cahaya matahari dapat meningkatkan imun dan vitamin D," tutur Seyya.

"Betul tu Seyya, apa lagi upacaranya sama cogan, jangankan setengah jam, 1 hari juga bakal gue lakuin," halu Kesya.

"HALU LO KETINGGIAN MBAKKK," teriak Siska di depan telinga Kesya yang tak mau kalah.

"Hei siapa yang ngehalu ha?"

"Lo lah. Awas kalau jatuh nanti sakit," sewot Siska.

"Enak aja...."

"Udah gak usah berantem malu tau dilihatin yang lain," potong Seyya, sambil menengahi mereka berdua.

"Sya, menurut lo habis ini Seyya dipanggil ke depan gak?"

"Jelas lah Sis, putri otak berlian selalu menang lah dalam olimpiade."

"Sey, lo gak capek gitu setiap hari dipanggil kedepan. Kan maju kedepan juga jalan. Terus rumah lo gak ke habisan tempat buat nyimpan piala gitu?" tanya Siska dengan polosnya.

"Kalau capek, terus rumah lo gak ada tempat buat naruh piala. Mending lo kasih ke gue aja," lanjutnya.

"Enggak, olimpiade itu menjadi semangat sekaligus kebanggaan tersendiri bagiku."

"Tu, bener Seyya, gak kayak lo gak punya piala," crucus Kesya.

"Gue punya ya piala,"

"Berapa?"

"Satu," jawab Siska sambil menyengir.

"Dehh satu aja bangga," tuturnya sambil mengejek.

"Emang lo punya?"

"Ya jelas lah gue....." Kesya sengaja menggantungkan ucapannya.

"Gak punya," jawab Kesya dengan menyengir serasa tak berdosa.

"Kalah adalah kemenangan yang tertunda, jadi kalian gak usah takut kalah," tutur Seyya, gadis optimis.

"Kalah hari ini, masih ada hari esok. Perjalannan masih panjang coy, jangan nyerah dulu," tutur Siska dengan nada sok bijak.

"Taruan yuk tentang Seyya hari ini, siapa yang kalah dia harus traktir yang menang."

Lihat selengkapnya