Seyya

Nadyas Aulia
Chapter #4

Hari Bahagia Brayen

Happy Reading...

● ● ●

"Kita beda dunianya, kamu selalu serba kecukupan, sedangkan aku selalu serba kekurangan. Tapi menyatukan dua dunia yang berbeda, bukan hal yang buruk untuk dilakukan."

● ● ●

Kringgg...

Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Siswa-siswi SMA Negeri 8 Jakarta mulai berkeliaran keluar dari kelasnya. Bagaikan bebek yang baru keluar dari kandanganya, sangat berisik dan sangat ramai.

Antara keramaian tersebut, ada sosok gadis yang berambut panjang dan bergelombang yang melangkah keluar dari kelasnya membuat beberapa pasang mata refleks menatap ke arahnya.

Gadis tersebut segera keluar dari gedung sekolahan itu dan melangkan pergi ke taman sebelah sekolah, tempat gadis itu dan temannya bertemu kemarin sabtu.

Mata gadis itu menyapu sekeliling taman. Kedua matanya tidak lepas dari seorang pria berseragam seperti sekolahnya, yang mengenakan tas hitamnya, dan duduk di salah satu tempat duduk yang ada di taman.

Seyya berjalan mendekati Brayen yang sedang duduk di salah satu tempat duduk ditaman.

"Sudah dari tadi kamu disini?" tanya Seyya yang tidak enak hati Takutnya Brayen sudah menunggunya dari tadi.

"Baru aja."

"O ya, kemarin sabtu habis dari sini, Seyya langsung tanyain ke papa tentang lowongan kerja buat bokapmu. Coba kamu tebak gimana hasilnya?" tutur Seyya sambil bersemangat.

"Gue gak tau."

"Coba Brayen tebak aja."

"Antara ada sama gak," jawabnya pasrah, karena cuma ada dua kemungkinan aja.

"Yaudah-yaudah, Seyya kasih tau aja jawabannya. Dan jawabnya...." Seyya sengaja menggantung kata-katanya kayak jemuran, supaya membuat Brayen penasaran.

"Papa ku nerima bokapmu, dan kamu dibuatkan rumah di depan rumahku " jawab Seyya sembari memberikan semangat buat Brayen.

"Beneran?" tanya Brayen yang masih tidak percaya, seperti mimpi.

"Iya lah."

"Alhamdulillah..... Makasih ya Seyya, ternyata masih ada orang kayak lo yang masih mau peduli sama gue."

"Jangan pesimis dong, karena gak semua orang sama seperti yang kita bayangkan."

Brayen masih menepuk-nepuk pipinya dan mencubit tangannya, yang masih tidak percaya dengan kenyataan ini.

"Supaya lebih jelasnya,nanti kamu sama ayahmu ke rumah Seyya aja."

"Oke nanti gue kesana, sekali lagi makasih ya Sey," tuturnya dengan penuh kesenangan.

"Sama-sama. Seyya juga senang dapat membantu Brayen," jawabnya dengan senang hati.

Lihat selengkapnya