Happy Reading...
● ● ●
"Sahabat sejati, adalah dia yang sangat takut kehilangan sahabatnya, karena dia sungguh sangat berharga."
● ● ●
Krekk...
Jendela kamar Seyya terbuka lebar, membuat cahaya matahari pagi mulai masuk dan menyinari ke kamar Seyya, menyambut pagi hari yang indah dan cerah.
Matahari pagi yang sangat cerah menyinari bumi, tanpa terhalang oleh kerumuhan awan putih di langit yang tinggi.
Mata Seyya yang baru saja terbangun, karena terganggu oleh sinar matahari itu sedikit demi sedikit mulai terbuka hingga terbuka sempurna, dan membuat Seyya pun mulai bangun dari tempat tidurnya yang nyaman itu.
Seyya segera berdiri dan bersiap melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum berangkat ke sekolah, dengan mata yang masih setengah terbuka dan lengket bagaikan lem, dan langkah kakinya yang masih pincang.
Pintu kamar Seyya yang berada di lantai dua diujung timur itu perlahan terbuka.
Gadis cantik keluar dari kamarnya, dengan pakaian seragam putih abu-abu lengkap, rambut panjang bergelombangnya diikat satu dibelakang, tak lupa ia juga nengenakan sepatu yang berwarna hitam sesuai dengan peraturan sekolahnya, dan mencangklong tas yang berwarna biru tua di bahu kanannya.
Gadis itu perlahan melangkahkan kakinya yang mungil, menyusuri tangga dan melangkah ke arah ruang makan keluarganya.
* * *
Seketika langkah dan pandangan Seyya terhenti, kedua matanya melihat seorang pria dan seorang wanita yang tak asing baginya diruang makan, mereka adalah Andri dan Wulan.
Disana terlihat Wulan yang sedang berdiri didepan meja sambil memegang pisau untuk mengoleskannya ke roti bakar, dan Andri yang sedang duduk di meja makan, sambil menyantap roti yang telah dibuatkan oleh Wulan.
Seyya melihat kejadian itu dari kejauhan, hatinya sungguh bahagia dan senang bisa mempunyai keluarga yang lengkap, damai, tanpa ada perselisihan, membuatnya merasa nyaman berada di dalam keluarga itu.
Seyya melangkahkan kakinya dan segera menghampiri mereka di ruang makan.
"Mama.. papa.. Selamat pagi," sapanya sambil mengembangkan senyum di bibirnya.
"Pagi sayang," sapa kedua orang tuanya bersamaan.
Wulan menyodorkan roti bakar ditangannya yang telah ia oleskan selai kepada Seyya.
"Ini, dimakan dulu sebelum berangkat. Supaya punya tenaga."