Happy Reading...
● ● ●
"Cinta itu berawal dari pertemanan dan menjadi rasa saling nyaman."
● ● ●
Seyya melangkahkan kakinya ke arah tempat duduk yang kosong dibelakang pojok sebelah Brayen, dengan tatapan beberapa siswa-sisiwi.
Brayen yang melihat kejadian pagi ini, dia begitu syok, dengan mulut terbuka dan matapun terbuka semputna. Dia masih bingung ini nyata kah? Atau gue mimpi indah????
Dia mencoba melambungkan tangan kanannya untuk memukul pipi kanannya, dan melambungkan tangan kirinya untuk memukul pipi kirinya, dengan pelan secara bergantian.
"Auu.... sakit."
Sakit, tapi kok kayak gak mungkin ya kalau nyata. Apa aku dikerjain ya sama anak-anak lain. Iya mungkin.
Kedua mata Seyya tak habis pandang ke arah Braye. Ia melihat tingkah aneh Brayen mulai dari awal tadi, sambil menahan tawa.
"Kamu kenapa Brayen? Sakit?" tanya Seyya sambil mengangkat tangannya dan mengecek di kening Brayen.
"Brayen tidak panas, kok aneh ya?" tanya Seyya dengan heran.
"Lah siapa yang bilang gue sakit? Gue kaget aja tadi pagi ada penampakan di samping guru gue," tutur Brayen.
"Maksud Brayen Seyya? Seyya kayak gini dibilang Brayen penampakan?"
"Yah lo sih, tiba-tiba ada dikelas gue kayak penampakan aja. Lo ngapain disini?" tanya Brayen keheranan.
"Gapapa," jawab Seyya Singkat.
Seketika ide cerdas Brayen terlintas begitu saja dikepalanya. Uhuyyy Gue punya ide, gue candain aja tu anak. Sekalian gue juga ingin tau wajah kesalnya.
"Pingin deket sama gue?" dengan memasang raut wajah sok keren.
Mendengar kata Brayen, seakan membuat Seyya mematung, dan mengerutkan alis matanya.
"Brayen geer ih. Seyya itu cuma mau cari suasana yang beda, bosen kalau dikelas situ terus," bohong Seyya.
"Iya-iya gue juga bercanda kali, gak usah dianggep serius."
Seyya menjadi tak enak hati membohongi Brayen, tapi mau bagaimana lagi. Maaf Brayen, Seyya bohongin Brayen. Alasan sebenarnya Seyya untuk pindah disini karena Seyya kasihan kalau Brayen mesti diganggu sama Key.
Kalau Seyya pindah, kan Seyya bisa ngawasin Brayen, supaya Brayen gak diganggu lagi. Seyya gak suka orang piatu kayak Brayen dapat perlakuan kayak kemarin.
Kalau Seyya jujur ke Brayen, apakah Brayen tidak nolak?? Jelas Brayen bakalan gak enak hati, oleh karena itu maafkan Seyya ya Brayen??
"Heiii ngapain bengon? Seyya?" tutur Brayen, sambil menyadarkan Seyya yang tengah didalam lamunannya.
"Eee.. Sory, sory," lamunan Seyya seketika terpecahkan karena Brayen, dan membuat Seyya tersadarkan kembali.
Seketika, wanita payuh baya yang tengah berdiri di depan papan tulis, dengan rambut panjang hitam sebahu, kulit yang mulai keriput, memakai kacamata, dan sedang membawa buku di tangan kanannya, siapa lagi kalau bukan guru mereka.
"Seyya, Brayen ngapain kalian rame sendiri dikelas. Mau ibu kasih hukuman? " tanya guru mapel tersebut yang seketika membuat beberapa pasang mata melihat kearahnya.