Shades of Cool

Ayuwening Tyaswuri
Chapter #17

Lima Belas

Deretan kue dengan tampilan menarik memenuhi etalase toko yang baru saja dimasuki Ares. Aroma khas roti melintasi ruangan, memenuhi indera penciumannya. Matanya kemudian mencari sosok perempuan yang sudah memasuki toko saat ia tadi terlebih dulu memarkirkan motornya. Pandangan Ares tertumbuk pada seorang perempuan dengan blouse putih dipadu celana bahan berwarna hitam, yang sedang membungkuk melihat satu per satu isi etalase. Rambut perempuan itu dikucir ekor kuda dan masih menyisakan helaian rambut yang tidak turut terikat sempurna. Tangannya menggenggam tali tas yang tersampir di pundak.

Ares memperhatikan kekasihnya itu. Membiarkan Alma memilih kuenya sendiri untuk merayakan hari spesial mereka, karena hari ini hari jadi mereka yang pertama. Alma memintanya untuk melakukan sebuah perayaan kecil dengan meniup lilin. Walaupun Ares tidak terlalu menganggap hal itu penting, tapi melihat Alma yang sangat antusias ingin membuat momen mereka hari ini menjadi lebih istimewa, tentu membuat Ares menyetujuinya.

Alma menoleh, menyadari kehadiran Ares yang sudah berdiri di sebelahnya. Perempuan berkulit putih itu lalu tersenyum. "Bagus-bagus ya, Res, kuenya," ujar Alma lalu kembali menelusuri deretan kue pada rak-rak di dalam etalase lainnya. Sepertinya Alma masih bingung menentukan kue yang diinginkannya.

Ares mengikutinya dengan kedua tangan disilangkan di depan dada. Wajar Alma merasa bingung, karena semua jenis kue di toko ini sangat menarik. Dan sudah menjadi kodrat perempuan kalau sulit memutuskan satu dari banyak pilihan yang menarik hatinya. Namun seperti yang sudah Ares duga, Alma bukan tipe perempuan yang akan dengan mudah tergiur oleh keindahan sesuatu, saat telunjuk kekasihnya itu menyentuh permukaan kaca etalase. Menunjuk pada satu kue tart kecil dan sederhana di antara banyak pilihan lainnya yang jauh lebih bagus dan menarik mata.

"Nggak mau ambil yang lebih besar?" tanya Ares menawarkan yang lain.

Alma menggeleng dan setengah berbisik berkata, "Sayang-sayang uangnya kalau beli yang besar. Yang makan juga hanya kita berdua." Alma kemudian meminta pada salah satu pegawai toko untuk mengambilkan kue tart yang hanya berdiameter 10 cm itu.

Alma menolak ketika Ares berniat membayarnya. "Kali ini biarin aku yang bayar," tukasnya sambil mengedipkan sebelah mata. Dan kalau Ares masih mau memaksanya pun akan berakhir percuma, karena Alma cukup keras pada pendiriannya.

Alma tipe perempuan yang jauh dari kesan berlebihan. Sederhana dan tahu pentingnya berhemat. Ares memahami sifat Alma yang tidak mau bergantung pada orang lain. Yang selalu mengandalkan kemampuannya sendiri tanpa berharap bantuan dari orang lain, meski itu di saat tersulitnya sekalipun.

Sejak lulus SMA, Alma sudah harus ikut membantu perekonomian keluarganya. Ayahnya sudah meninggal tepat ketika Alma akan menghadapi ujian akhir SMA. Membuatnya terpaksa memupus keinginan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Mengingat dua orang adiknya yang masih butuh banyak biaya untuk bersekolah. Kalau hanya mengandalkan usaha katering rumahan ibunya saja tentu akan memberatkan.

Setelah lulus dengan hanya mengandalkan ijazah SMA, Alma lalu melamar pada sebuah perusahaan leasing yang kemudian mempekerjakannya sebagai staf administrasi hingga sekarang. Dan baru beberapa bulan belakangan, perempuan dua puluh empat tahun itu juga bekerja di sebuah gerai mini market dua puluh empat jam sejak memutuskan untuk melanjutkan kuliah.

Mereka berdua sudah berada di luar toko roti yang kebetulan jaraknya sangat dekat dengan area taman kota. Meski waktu sudah beranjak malam, mereka berdua lalu berjalan kaki memasuki taman. Sedangkan motornya dibiarkan Ares tetap terparkir di pelataran toko roti.

Ares mengecek jam tangannya. Masih bisa menghabiskan watu satu jam lagi bersama Alma, karena baru pukul delapan nanti perempuan itu harus sudah berada di mini market hingga pukul dua belas malam. Walaupun mini market tersebut berjarak cukup dekat dengan rumah Alma, tapi tetap saja Ares merasa khawatir kalau dia harus melewatkan waktu hingga tengah malam untuk bekerja.

Penerangan taman cukup bagus, sehingga tidak membuat sekelilingnya gelap. Mungkin karena hari kerja jadi tidak terlalu ramai orang yang melewatkan waktu di taman ini. Hanya ada beberapa orang yang singgah sebentar.

Alma duduk di sebuah kursi taman yang baru saja ditinggalkan seorang lelaki paruh baya, kemudian membuka wadah bulat bening dari mika berisi kue tart yang tadi dibelinya. Alma lalu membuka sebuah kotak mika kecil berisi lilin angka. Menancapkannya di tengah-tengah kue tart. Namun tiba-tiba dia seperti teringat sesuatu.

"Kamu bawa korek api nggak?" tanyanya yang sebenarnya tahu kalau Ares tidak mungkin juga membawa korek api karena bukan perokok.

"Buat apa? Mau buat api unggun aku bawa korek segala, Al," jawab Ares lalu tertawa melihat Alma yang menepuk jidatnya sendiri karena lupa membawa korek api.

Namun Alma kemudian mendapat ide. "Nggak perlu korek, karena udah ada api di lilin ini. Kamu lihat, kan?"

Untuk sesaat Ares mengerutkan kening, lalu tersenyum setelah mengerti dengan maksud Alma.

Alma mengangkat kue tart itu hingga tepat berada di tengah-tengah mereka berdua.

"Selamat hari jadi kita yang pertama," ucap Alma lalu memejamkan matanya sebentar sebelum akhirnya membuka mata dan memberi aba-aba agar mereka berdua segera meniupnya.

Ares mendekatkan wajahnya pada kue tart dengan butter cream berwarna biru yang dipegang Alma itu, lalu bersama seolah-olah meniup nyala api dari imajinasi mereka.

Lihat selengkapnya