Aroma kopi yang baru diseduh melewati indera penciuman Lana, membuatnya melirik pada si pembawa dua gelas kopi yang meletakkan salah satunya di meja Faraz. Lana mengernyit heran saat melihat Faraz tersenyum penuh arti pada Inge. Dan Inge tampaknya juga menanggapi senyuman Faraz.
Mencurigakan.
Lana tahu ada sesuatu antara Faraz dan Inge. Sejak Faraz mengantar Inge pulang dua hari lalu, sepertinya ada yang berbeda dengan mereka.
Inge sudah berjalan menjauhi meja Faraz, tapi lelaki itu masih tak lepas memperhatikannya. Hingga Faraz menangkap mata Lana yang sedang memperhatikan tingkahnya itu. Sadar kalau sejak tadi tengah diawasi.
"Kenapa?" Faraz bertanya seolah tidak terjadi apa-apa, lalu menyesap kopi yang tadi dibuatkan Inge.
Lana melempar tatapan curiga. "Jangan bilang kalau lo ada apa-apa dengan Inge?" tanyanya setengah berbisik. "Apa ada yang gue belum tahu tentang kalian?"
Tanpa beranjak dari kursi, Faraz meluncurkan roda-roda kursinya berputar dengan mulus mendekati meja Lana, lalu berkata pelan, "Masih pendekatan, tapi kayaknya dia juga naksir gue, Na." Faraz menaikturunkan alis. Seolah menjelaskan kalau wajah tampannya sudah berfungsi dengan baik.
"Kepedean," ujar Lana sambil telunjuknya mendorong kepala Faraz agar menjauh darinya.
Tapi wajar kalau Inge sampai menaruh hati pada Faraz. Sepertinya wajah tampan Faraz yang level kegantengannya bisa disejajarkan dengan James McAvoy itu mampu meluluhkan wanita sependiam Inge.
"Jangan buat main-main, ya, Raz. Anak orang itu." Lana memperingatkan Faraz sambil mengetukkan bolpoin yang dipegangnya ke kepala Faraz.
Faraz menggelengkan kepala dan lekas memberi isyarat untuk diam, saat Inge melewati meja mereka dengan membawa setumpuk lembaran warna-warni styrofoam yang tadi diminta oleh Dita dibawakan ke mejanya.
"Dia sebenarnya masih polos. Gue malah nggak yakin dia pernah pacaran." Faraz mengedikkan bahunya. "Kalau gue bisa jadi pacar pertamanya, kan, bagus juga, Na. Bantu tambah pengalaman dia," canda Faraz yang kemudian tertawa.
Tangan Lana sudah akan bergerak mendaratkan bolpoinnya lagi di kepala Faraz. Namun belum sempat Lana melakukannya, suara nyaring Agham menginterupsi obrolan mereka.
"Lana ... ada Hesa tuh nungguin di bawah!"