Shades of Cool

Ayuwening Tyaswuri
Chapter #5

Empat

"Naya nggak bisa aku ajak jalan hari ini. Neneknya mau ngajak dia pergi," terang Hesa di ujung telepon. Nenek yang dimaksudnya adalah mantan ibu mertuanya. Ibu dari Anya.

"Jadi kamu yang ke rumah aja, ya, Sayang. Ibu mau kamu makan siang di sini. Nanti aku jemput kamu jam sembilan," pungkas Hesa sebelum sambungan telepon mereka berakhir.

Bahu Lana langsung merosot begitu Hesa mengatakan kalau acara rekreasi mereka bersama Naya batal. Sejujurnya, Lana tidak begitu suka kalau harus menghabiskan hari Minggu di rumah Hesa. Bukan perkara mudah bila ada sosok nyonya rumah yang harus dihadapinya dengan ekstra sabar.

Lana menghela napas panjang seolah bersiap menghadapi situasi yang kemungkinan terbesar akan dijejali dengan pertanyaan: Kapan kalian mau menikah?

Ibunya Hesa tidak mungkin melewatkan kesempatan untuk memberikan wejangan, yang bagi Lana lebih mirip doktrin atau perintah bos besar yang harus dipatuhi. Masalah pekerjaan Lana pasti akan dipertanyakan lagi. Sama seperti sebelum-sebelumnya yang selalu menitikberatkan pada status Lana sebagai wanita karir. Walau sampai detik ini Lana masih belum bisa menuruti keinginan calon ibu mertuanya itu.

Lana kadang berpikir keras tentang pandangan ibu Hesa yang menurutnya tidak adil. Apa salahnya perempuan bekerja? Memangnya perempuan yang kegiatannya hanya seputar urusan rumah tangga pun bisa terbebas dari godaan berselingkuh?

Lana meletakkan ponselnya di atas nakas. Bersebelahan dengan potret dirinya dan Hesa yang berswafoto di dalam kapsul Singapore Flyer. Tepatnya enam bulan lalu. Saat itu Lana tidak menduga sama sekali kalau niat Hesa mengajaknya berlibur ke Singapura ternyata diikuti rencana lain. Hesa melamar Lana di atas ketinggian pada kapsul salah satu bianglala terbesar di dunia.

Lana yang tanpa berpikir dua kali, langsung menerima lamaran Hesa. Rasa sayangnya pada Hesa membuat ia tidak mungkin melepaskan keseriusan yang sudah ditunjukkan kekasihnya itu.

Nyatanya ia harus dibuat berpikir ulang lagi karena kemauan ibu Hesa yang ngotot tidak menginginkan menantunya bekerja. Meski akhirnya mereka tetap bisa mengikat hubungan mereka terlebih dulu dengan pertunangan, tetap saja ganjalan itu menimbulkan keragu-raguan dalam diri Lana. Ego dalam dirinya memintanya untuk tidak begitu saja menurut kala ia diminta meninggalkan dunia yang sehari-hari ia geluti. Ia perempuan yang mempunyai pilihan terbaik yang bisa dilakukan untuk hidupnya.

Lana membuka pintu almari pakaian. Sepertinya ia harus mengucapkan sayonara pada blouse dan celana jeans yang tadinya ingin ia pakai kalau mereka jadi pergi ke taman hiburan. Dan sekarang ia harus mengganti pilihan pakaiannya hari ini dengan midi dress berbahan katun, berwarna biru toska yang terlihat manis sekaligus anggun. Serta tampak lebih sopan di depan calon mertuanya.

Lihat selengkapnya