•Berlin, Maret 2008
Cuaca kota Berlin di bulan Maret sudah mulai menghangat. Awal musim semi yang ditandai dengan hijau dedaunan pada dahan pohon. Orang-orang berlalu lalang sepanjang fußgängerzone¹, menikmati hari yang sayang kalau hanya dilewatkan di dalam rumah saja. Banyak orang memenuhi bangku-bangku biergarten², ataupun menyesap secangkir kopi dan teh di teras kafe.
Ares mengayuh sepedanya perlahan di jalanan menanjak. Keranjang yang diletakkannya pada boncengan terisi penuh oleh botol-botol plastik yang akan ia tukarkan pada mesin pfand di supermarket yang berjarak hampir tiga kilometer dari kediamannya.
Pada ujung tanjakan, Ares berbelok ke kiri. Melewati Melek Bäckerei, toko roti milik keluarga Turki yang biasa Ares kunjungi setiap sore. Ares menyukai baklava---roti lapis manis dengan isian kacang yang begitu nikmat ketika disiram madu---buatan toko roti itu. Ataupun sekadar untuk membeli roti simit yang dibawanya pulang ke rumah. Yang menjadi pelengkap saat ia minum kopi. Di sebelah toko roti itu berdiri lebensmittelgeshaft³ yang cukup lengkap untuk membeli keperluan sehari-hari.
Ternyata sudah ada beberapa orang yang mengantre di depan mesin pfand ketika Ares sudah sampai di supermarket. Ares memarkir sepeda lalu mengangkat keranjang miliknya. Ikut mengantre dengan tiga orang lainnya yang bergiliran memakai mesin pfand.
Ares sangat menyukai kebijakan yang diatur oleh pemerintah negara Jerman dalam menangani masalah daur ulang kemasan minuman. Saat membeli air minum atau soda kaleng di supermarket, itu sudah termasuk membayar untuk deposit kemasan. Jadi kalau ingin mendapatkan uang deposit itu kembali, maka botol atau kaleng tersebut bisa ditukar pada mesin pfand yang ada di setiap supermarket.
Tidak semua warga Jerman tertarik untuk menukarnya kembali dan memilih untuk membuangnya karena nilai ekonomis yang didapatkan memang tidak banyak. Dan yang menjadi tujuan Ares bukan karena ingin mendapatkan uang semata, tapi lebih kepada dukungan pada hal positif yang bisa dilakukannya untuk sesuatu yang baik. Sekecil apa pun itu.
Setelah mendapat giliran, Ares memasukkan satu per satu botol pada lubang mesin pfand. Kemudian menarik struck yang keluar dari salah satu sisi mesin yang akan ditukarnya dengan uang di meja kasir.
Ia membawa keranjang yang sudah kosong ke luar supermarket. Menempatkannya di atas boncengan dan mengikatnya dengan tali. Kayuhan sepeda membawa Ares kembali melewati jalan menuju rumah.
Ares menyukai negara ini. Menyukai segala keteraturannya serta pola dan gaya hidup masyarakatnya yang jauh dari kesan berlebihan. Walaupun tak dapat dipungkiri Ares rindu pada Lana. Sosok cantik yang telah menjadi sahabatnya sejak mereka sama-sama masih mengenakan seragam putih merah.