Shades of Cool

Ayuwening Tyaswuri
Chapter #14

Dua Belas

"Ayo, Na!" ajak Faraz yang heran melihat Lana masih betah duduk di dalam mobil. Sedangkan Faraz sudah bersiap menyebrangi jalan yang berseliweran banyak kendaraan.

Selanjutnya dengan setengah hati, Lana keluar dari dalam mobil yang diparkirkan Faraz di bawah sebuah pohon trembesi yang cukup rindang di pinggir jalan. Bersebrangan dengan tempat yang mereka tuju.

SLB-B Mentari Pagi

Lana membaca papan nama yang terpasang di atas pagar sebelum mengikuti langkah Faraz memasuki halaman sempit sebuah bangunan yang hanya muat untuk parkir motor saja. Mirip bangunan sekolah pada umumnya, tapi hanya terdapat sekitar tujuh ruangan yang berderet dalam satu barisan memanjang.

Meski begitu, bangunan SLB ini tampak terawat dengan baik. Bersih dan juga asri dengan adanya pot-pot tanaman yang tergantung di depan setiap ruangan. Faraz lalu mengetuk daun pintu salah satu ruangan yang terbuka, tapi tidak ada tanggapan dari seorang lelaki yang sendirian berada di ruangan tersebut. Sampai akhirnya lelaki itu kemudian hendak mengambil lembaran kertas yang tergeletak pada meja di sebelahnya dan baru menyadari kehadiran Lana dan Faraz.

"Maaf, ada keperluan apa Mas dan Mbak kemari?" Pertanyaan itu yang dilontarakan seorang lelaki tambun berkacamata tebal begitu melihat dua orang sudah berdiri di muka pintu ruangan. Suaranya terdengar agak aneh. Sengau dan lebih tinggi dari sewajarnya. Lana menyadari kalau lelaki itu juga seorang Tuli saat melihat benda yang terpasang di salah satu telinganya. Lelaki itu menggunakan hearing aid atau biasa disebut dengan Alat Bantu Dengar (ABD).

Faraz kemudian mengambil inisiatif untuk menjawabnya, "Kami mau bertemu dengan salah seorang pengajar di sini yang bernama Ares. Apa betul dia mengajar di sekolah ini?"

"Ooh ... Mas Ares, iya betul. Dia memang ngajar di sini." Lelaki itu lalu mempersilakan masuk dan memperkenalkan dirinya dengan nama Pandu.

Mereka berdua bergantian menyalami Pandu lalu duduk pada sofa berbahan kulit sintetis yang melingkari meja membentuk huruf U.

"Kalau boleh tahu, ada urusan apa dengan Mas Ares?" tanya Pandu sambil membetulkan letak kacamatanya.

"Kami ada urusan yang menyangkut pekerjaan dengan Ares," jelas Faraz.

Pandu mengangguk paham kemudian melirik ke arah jam dinding yang menunjuk ke angka sebelas.

"Setengah jam lagi baru selesai. Mas Ares biasanya kurang suka kalau disela saat lagi mengajar. Nggak apa-apa kan Mas dan Mbak menunggu?"

"Iya nggak masalah kok. Kami bisa menunggu," ujar Faraz.

Pandu kemudian kembali duduk di balik mejanya. Melanjutkan kembali pekerjaannya yang sempat tertunda.

Lihat selengkapnya