Shadow of Treachery

Ang.Rose
Chapter #16

THE GUEST STAR - HOW THIS GETS BIG?

2 Bulan sebelumnya

Sebuah makam di Taman Makam Pahlawan mendadak dipenuhi oleh peziarah. Nisan makam tersebut tertulis nama, Ryan Kay Amber, seorang Densus 88 yang gugur dalam tugas, seorang perwira yang gugur dalam tugas namun tidak disebutkan namanya di berita manapun.

Pergi sebagai seorang Densus dan pergi dikenal sebagai korban dari sebuah bom yang meledak begitu saja di sebuah trotoar jalan saat berusaha untuk menghentikan ledakan itu terjadi.

Karena Ryan berada di sebuah tim tidak resmi bentukan Presiden, tim yang bergerak diluar kaidah instansi tempat mereka berada. Tim Respon Presiden, tim ini memiliki anggota dari berbagai instansi di pemerintahan, tugas/misi, laporan mereka langsung ke Presiden.

Kematian Ryan 6 tahun lalu meninggalkan luka yang begitu dalam bagi tim, terutama Reigha sebagai leader dari TRP. Bahkan ketika gugur pun, dia tidak bisa menghampiri keluarga Ryan karena data dirinya bersifat rahasia.

Atau lebih tepatnya mereka semua bersifat rahasia. Tidak ada yang tahu bahwa mereka bekerja dengan 2 komando, hanya beberapa orang yang tahu.

Tim ini terdiri dari anggota Kepolisian, Intelijen, Densus 88, TNI, bahkan forensik sekalipun, ada juga beberapa anggota dari masyarakat sipil yang memiliki kemampuan khusus namun tidak masuk secara resmi di daftar anggota mereka.

Tugas mereka adalah mencegah sebuah kejadian agar tidak perlu diketahui publik, memilih mana kasus yang harus diungkap ke publik dan juga menyelesaikan masalah melalui jalur hukum dan juga di luar hukum, mereka memiliki izin untuk membunuh, memegang senjata ataupun menggunakan senjata jika diperlukan.

Dengan kata lain, secara sederhana, black ops milik presiden, mereka hanya bergerak dan melapor pada presiden.

Orang-orang menganggap mereka hanya sebuah urban legend alias banyak juga yang tidak percaya dengan keberadaan mereka walau mereka sudah pernah mendengar desas-desus.

“Kay, Reigha udah aktifin tim ini lagi walau sempet tarik ulur sama Presiden, semoga kamu gak marah lagi sama kita-kita,” ucap Kin.

“Gue capek Kay, di tuduh mulu ama Bang Rei waktu mau aktifin lagi,” saut Pras dari belakang Kin.

“Bang Kay yang tenang ya disana. Nanti hantuin Pras aja tuh yang godain adeknya abang,” ucap Putra.

“Sembarangan banget kalau ngomong lo ya, mana ada gue godain adeknya Kay,” Pras memukul punggung Putra yang bicara sembarangan.

“Udah eh, berantem lagi lo berdua,” Andre memisahkan mereka berdua lalu menatap makam Ryan. “Sorry Kay, gue telat sadar soal surat itu, kalau aja gue gak telat sadar lo pasti masih ada sekarang.”

Kin mengalihkan pandanganya ke langit, mencoba menahan air matanya yang ingin jatuh.

Reigha berjongkok di makam Ryan sambil meletakkan bunga lavender, ditaruhnya buket itu di samping bunga lily yang sudah ada sebelumnya. “Kian udah dateng duluan ya? Sorry gak bisa lengkap soalnya dia harus pergi terus, gue janji Kay, gue gak akan berhenti lagi, dan gak akan lari dari masalah lagi.”

Mereka semua langsung terdiam dan menunduk, cara Reigha mundur dari jabatannya dan mengabdi di BNN karena dia merasa bertanggung jawab dengan kematian Ryan dan juga caranya merasa bahwa ancaman waktu itu hanya sebuah omong kosong.

“Reigha Abi Permana?” panggil seseorang dari samping mereka. Seorang laki-laki yang berpakaian jas rapi dengan dasi merah dan ada headset di telinga kirinya.

“Siapa yang diminta?” tanya Reigha.

“Untuk sementara mungkin Mas Rei, Andre dan Putra.”

Lihat selengkapnya