Shadow of Treachery

Ang.Rose
Chapter #17

HQ - AFTER THE INTERROGATION

Now-After Interrogation

Putra masuk ke dalam markas TRP yang terletak di Jakarta Selatan, kantor ini layaknya kantor biasa di sebuah gedung yang terawat, namun memiliki pengamanan yang berlapis.

Dari face recognition, fingerprint ID dan juga PIN untuk masuk ke dalam gedung. Andre dan Kian yang membuat sistem ini, dan hanya mereka yang menggunakannya, yang unik dari TRP adalah, mereka memiliki segalanya, penjinak BOM, tactical, detektif, profiler, dan forensik tapi TRP tidak memiliki orang yang bisa membuat sistem pencarian alias, analis dalam bahasa yang halus, sedangkan bahasa kasarnya adalah, Hacker. Karena itu Andre pernah menanyakan pada Reigha kenapa Venice tidak mereka jadikan aset saja.

Biasanya tim yang khusus seperti ini setidaknya mereka akan memiliki tech analyst atau mantan hacker untuk menunjang pekerjaan mereka, namun faktanya meskipun tim Cyber Security Polri, ataupun BIN begitu banyak dan mahir dengan kemampuannya Reigha tidak pernah mau menerima mereka.

Walaupun Menteri, dan kepala Instansi mereka sudah memberikan daftar nama yang bisa Reigha seleksi. Presiden pun sudah menyuruh Reigha untuk memilih, karena mereka membutuhkan bantuan sebanyak yang mereka bisa, namun Reigha sekali lagi tetap menolak.

Putra pernah bertanya mengapa dia menolak hal tersebut. Jawaban Reigha sangat sederhana: “Mereka bisa menimbun informasi, hal-hal yang kita lakukan terkadang diluar hukum, dan jika mencatatnya dalam bentuk digital, dan kita kena serang, akan menjadi sangat berbahaya, ada baiknya, semua dalam bentuk kertas, jika terjadi sesuatu yang bisa dilakukan tinggal, bakar gedungnya.”

Terdengar familiar? Menyeramkan, ya memang, itulah pemikiran dari Leader TRP terkesan menyeramkan tapi memang itulah adanya, membakar jauh lebih mudah daripada mereka harus menyimpan secara digital dan ada kemungkinan mereka akan diserang. 

Ya data penyelidikan TRP semua ada di gedung ini, meskipun TRP hiatus selama 7 tahun tapi anggota yang lain tidak pernah berhenti mendapatkan tugas dari Presiden dan laporannya selalu di simpan disini.

Putra membuka pintu Bullpen (ruang investigasi) Reigha dan Andre sudah ada disana menunggu Putra datang.

“Perasaan udah masuk dari tadi, kemana dulu?” tanya Andre.

“Ambil dokumen yang dikasih Bapak 2 bulan lalu.”

“Kenapa sama dokumen itu? Lo kan udah kasih profil awal.”

“Can we agree about something?”

“About what?”

“About maybe that kid from 20 years ago is Venice.”

“Iya tapi apa? Apa yang harus kita setujuin?” tanya Reigha.

“Dua bulan lalu waktu gue baca laporan dari Pak Sandi, ada sesuatu yang aneh, kita sama-sama tahu laporan di BIN pun pada waktu itu sama, Maria dan Firoz dipanggil ke gedung menkopolhukam,” ucap Putra sambil melihat mereka berdua.

“Ya emang aneh memang kenapa tiba-tiba dua orang itu dipanggil sedangkan mereka berdua udah pensiun,” saut Andre.

“Hmm, apparently not.”

“What’s that mean?” Reigha yang sedang berdiri sambil merokok berhenti menatap keluar jendela lalu mematikan rokoknya, menutup jendela dan duduk dibangku.

 Putra berdiri di depan papan tulis dan menempelkan foto Maria, dan menuliskan retired. Lalu dia menempelkan foto Firoz dan menuliskan private contractor.

“Put, ini maksudnya apa? Lo tahu dari mana?”

“Ada di tulis di dokumen. Di tahun 99, Maria tiba-tiba dipanggil karena masalah skandal keuangan itu, dan setelahnya, Firoz sering berkomunikasi dengan Barni. Setahun setelahnya, tiba-tiba dokumen negara hilang ini kasus The Code, or we think it was him.

“Oke, tapi masalah itu kita udah paham, yang ngambil adalah Venice, dan dia di asuh sama Firoz dan Maria setelah itu kan.”

“Put, bisa gak to the point aja?” tanya Reigha.

“Oke, gue coba untuk nanya ke sana-sini, cari informasi dan ternyata ada sesuatu yang aneh, Firoz dan Barni itu bersama karena mencari daftar uang yang sudah dilarikan keluar negeri dan juga aset yang dibeli melalui uang tersebut.”

“Jadi maksudnya Firoz punya daftar itu?” tanya Reigha.

“Hmm gak mungkin,” ucap Andre. “Daftar itu dianggap cuma rumor, karena kalau memang iya itu artinya ada orang yang mengkoordinir kejadian itu.”

Lihat selengkapnya