Shadow of Treachery

Ang.Rose
Chapter #19

ANDRE AND HIS FEELING

Angkat dulu jemuran, kopinya udah mateng

Setelah mengirim pesan tersebut, dia menekan tombol 35 di lift sebuah gedung perkantoran, dia menunggu orang yang dia kirimi pesan datang padanya, tak banyak yang tahu, dan tak banyak yang mengira bahwa Andre masih memiliki banyak mata di BIN, namun sebenarnya bukan mata, hanya rekan yang dulu pernah bekerja bersama.

“Untuk berapa orang Pak?” sapa waitress itu dengan sopan.

“Hmm, saya mau diluar aja mbak, biar bisa merokok, yang hadap ke keluar juga gak papa.”

“Oh baik, bagian luar masih kosong kebetulan Pak. mau langsung pesan atau nanti?” ucap waitress itu sambil membukakan pintu ke arah luar.

“Langsung aja, saya pesen Ice Americano 2 ya sama roti bakarnya yang kacang, kacang aja gak pake coklat sama jangan dikasih susu.”

“Baik, mohon ditunggu ya Pak.”

Andre duduk dengan santai sambil melihat pemandangan, untungnya angin tidak terlalu kencang, cukup untuk membuat sejuk di tengah hari seperti ini. Tak lama pesanannya pun datang bersamaan dengan orang yang dia tunggu-tunggu.

Orang itu tidak nampak panik, hanya seperti sedikit terkejut melihat orang yang mengajaknya bertemu. Ya sekali lagi, karena tidak banyak orang yang tahu bahwa TRP sudah kembali beroperasi.

“Santai dulu gue gak mau kasih hukuman mati kok, kenapa panik banget.”

“Ya gimana gak panik lo kirim gue pesan rahasia begitu.”

Andre menyuruhnya diam karena waitress akan memberikan pesanannya. “Ini Ice Americano dan roti bakar kacang ya Pak selamat menikmati.”

“Terima kasih,” jawab Andre sambil tersenyum.

Seriously? Masih aja tebar pesona lo?”

“Eh, gak usah bacot tentang gue, lo gimana hasil penyusupan lo ke Open Unity?”

“Lo tahu?”

“Udah kasih laporannya ke gue.”

“Jujur, sebenernya gue gak dilibatkan terlalu banyak, tapi yang gue tahu cuma ini, dia minta gue untuk cari nama-nama agen BIN yang aktif 20 tahun lalu dan masih hidup sampai sekarang, terutama yang punya koneksi dengan Firoz dan Maria. Gue cuma ketemu satu nama yang masih hidup.”

“Siapa?”

“Pak Barni.”

“Tapi bukannya data keluarga Pak Barni udah dihapus?”

“Ya memang, intinya bukan itu, Pak Barni ada di rumah singgah lansia, gue kasih alamatnya ke Venice dan dia udah ketemu sama Barni, setelah itu dia nyuruh semua orang untuk periksa bank satu persatu dan dari sanalah kita tahu kalau ada bank yang uangnya hilang 30T.”

“Jadi maksudnya omongan Junaidi bener?”

Wendi mengangguk. “Salah satu anggota Open Unity yang bertugas untuk mantau dunia kejahatan kaya pembunuh atau tentara bayaran tiba-tiba aja bilang ada orang Indonesia yang sewa tentara bayaran dari broker kelas C. which is—

“Junaidi?”

“Yaps, and Venice cari tahu tentang si Junaidi ini, well gue rasa lo juga udah tahu kan dia siapa, long story short Venice ketemu dia dan bilang untuk jangan pergi ke H-TV, tapi dia gak mau denger, dan gak ngerti gimana ceritanya, Franz dan Roy nemuin Junaidi dan dia ditangkep, awalnya Venice gak masalah dia ditangkap, tapi yang bikin Venice murka adalah dia mati.”

“Ya, someone kill him.”

“So it’s murder?”

“Kin yang autopsi lo gak berpikir dia salah kan?”

Ah no I’m not. Ada lagi yang mau ditanyain?”

“Markas Open Unity beneran di gebrek siber?”

Wendi mengangguk antusias. “Ya, dia bener-bener marah, dia bahkan mau rilis manifesto itu, tapi salah satu vice leader Open Unity gak setuju, dia bilang kalau gue pasti gak akan setuju, gue bilang ya gue gak setuju, and she drop the last boom, she said I’m undercover Intelligent agent. See how fuck up is it?

“She knows?”

Sambil menghisap kopi dari sedotan Wendi tersenyum getir. “She knows,” jawabnya setelah menelan kopi pahit itu.

Lihat selengkapnya