Shadow of Treachery

Ang.Rose
Chapter #21

DHARMA BROTHERS

“Lo mau sok suci, dan berpikir gue gak tahu apa latar belakang lo.”

Ucapan Venice masih terdengar di telinganya meskipun dia berada puluhan kilometer jauhnya dari markas baru Open Unity yang sebenarnya tidak jauh dari markas mereka sebelumnya.

Toka dengan santai masuk ke sebuah gedung perkantoran 15 lantai menaruh mobilnya di depan gedung dan meninggalkannya begitu saja, security mencoba menahannya untuk tidak boleh masuk, namun tiba-tiba seorang laki-laki paruh baya terlihat berlari dari dalam lobby dan menghampirinya di depan.

“Kenapa gak ngabarin?” tanya orang tersebut.

Toka menatap security itu dengan tajam lalu menatap orang tua itu. “Emang karyawan baru gak di kasih briefing tentang gue?”

“Dia security pengganti, bukan baru, biarin dia masuk,” ucapnya.

Sang security yang tidak tahu apa-apa terlihat ketakutan dan mempersilakan Toka untuk masuk, setelahnya beberapa orang juga ikut berlari, seorang yang memakai seragam driver juga langsung keluar untuk memarkirkan mobilnya.

“Mas Adit,” panggil orang tua itu lagi karena Toka hanya terus berjalan hingga ke lift bahkan melewati gate tanpa kartu akses.

“Pak, buruan jangan bikin saya nunggu,” jawab Toka tanpa basa basi.

Mau tidak mau orang itu pun berlari dan membawa Toka ke lift lain khusus untuk Direktur.

“Kak Yudha ada di atas?”

“Ada di atas, gak ada klien kok, Mas Adit kalau mau masuk ke ruangan bisa.”

“Ruangan saya masih ada kan?”

“Masih mas, gak ada yang berani masuk juga, saya sendiri yang bersihin ruangan Mas Adit.”

“Pak Wan, makasih ya. Maaf saya gak ngasih kabar mau kesini.”

Orang yang dipanggil Pak Wan itu adalah sekretaris ayah Toka dulu, perusahaan ini merupakan warisan dari orangnya yang dipimpin oleh sang kakak, tidak banyak yang mengenal Toka secara pribadi karena tidak pernah muncul, bahkan Toka jarang berkomunikasi dengan sang kakak karena satu dan lain hal.

Lift mereka berhenti langsung di lantai tempat dimana sang kakak, Yudha berada dan juga ruangan dia pribadi. Toka berjalan menyusuri lorong ruangan itu, ruangan minimalis tanpa banyak vas bunga tidak penting atau pun lukisan.

Untuk menuju ruangan pribadinya, Toka harus melewati ruangan kakaknya dulu, namun dengan kesadaran penuh dia melewati ruangan Yudha dan langsung menuju ruangannya.

Begitu ruangan itu terbuka, kegelapan langsung mengambil alih ruangan tersebut, hanya lampu-lampu kecil berwarna biru dan hijau yang menghiasi ruangan itu yang berasal dari kumpulan server dan pemberitahuan jaringan.

Satu buah komputer terletak di ujung ruangan, Toka tak suka cahaya terang, dia lebih suka jika kegelapan yang menemaninya, karena seperti itulah dia hidup sejak lama, di kegelapan dan sendirian.

Sebuah foto keluarga kecil ada di meja tersebut, bersih dari debu, sepertinya memang benar, Pak Wan membersihkannya sendiri, hanya dia yang tahu bahwa satu barang itu yang penting untuknya.

Braak~!

Suara pintu di paksa buka, tanpa menoleh Toka sudah tahu siapa itu, orang yang berlari dengan langkah tergesa-gesa takut sang adik melakukan sesuatu yang bodoh dan menghancurkan partnership bisnis mereka yang paling berperngaruh.

“Dit, kamu ngapain disini? Bukannya kamu bilang kamu gak bisa balik sementara ini?”

“Hai, Kak, gue cuma mau liat beberapa informasi.”

“Lo tahu lo gak bisa masuk sembarangan, kalau mereka tahu gimana?”

“Kasus tahun baru di Polres, lo udah denger?”

“Kenapa sama kasus itu? Lo gak ada hubungannya sama itu kan?”

Toka memutar kursinya dan melihat kakaknya yang tergesa-gesa itu. “Bukain gue akses.”

“Lo dateng-dateng kesini minta bukain akses udah gila? Bukannya lo punya resource gede—” Yudha berhenti bicara.

“Makanya gue disini, bukain, gue lagi berantem sama temen gue, dan gue keluar dari gedung mereka, so sekarang gue gelandangan.”

Lihat selengkapnya