Shadow of Treachery

Ang.Rose
Chapter #23

TRP START THEIR TALE

Ketika kain penutup di papan itu terbuka, Reigha sudah bisa membaca semuanya, analisa Andre ada benarnya, ketakutan mereka terbukti benar, dan sepertinya Presiden memang mengetahui hal ini, but need them to find out by themselves.

Reigha dan timnya memang dipaksa untuk bekerja sama dengan Franz untuk mencari tahu tentang ini dan pertanyaan Franz memang masuk akal, dia sudah memperkirakan semuanya dan kasus ini sukses menjadi barter mereka. Pemerintah butuh kasus ini dihentikan dan diselesaikan, Franz butuh jawaban tentang orang tuanya yang meninggal.

“Tahun 2000 tahu dimana kasus itu pertama kali ditemukan oleh Pemerintah, beberapa agen BIN dipanggil untuk dimintai keterangan mengenai kasus itu. Termasuk agen BIN yang ditempatkan di Bank WI alias Bank Wikaya Lidya,” Andre memulai dongeng yang panjang ini karena dia menyadari Reigha tak kunjung memulainya.

Dia justru berjalan-jalan ke arah dapur dan melihat foto keluarga Wira di pintu kulkas dia mengambil foto itu dan kembali mendekat ke ruang tengah. “5 tahun setelahnya, 2005. Menteri sekretariat negara diributkan dengan pencurian dokumen digital yang di enkripsi, antara lain: Dokumen 98 meliputi: penembakan sipil dan mahasiswa, kerusuhan. Dokumen skandal keuangan negara pada krisis moneter, perjanjian Indonesia dan IMF. Dokumen tersebut hilang selama 3 hari namun dikembalikan pada hari yang ketiga, pada saat pengembalian Intelijen berhasil menemukan melacak IP Addres pencuri dan menggerebek tempat itu.”

Reigha menempelkan foto tersebut di papan tulis. “Polisi, TNI yang waktu itu ABRI dan BIN pergi kesana untuk menangkap orang yang melakukannya, namun ternyata itu merupakan sebuah ruko tua dan ada seorang anak perempuan berumur 14 tahun sendirian,” Reigha menunjuk anak perempuan yang ada di foto tersebut.

“Menteri bersama polisi mencari tahu siapa pemilik ruko itu ternyata adalah The Code, seorang hacker tua yang juga mantan agen BIN. Yang awalnya anak itu hanya di tempatkan di ruang tunggu, dia dipindahkan ke ruang interogasi. Tapi, sekeras apapun mereka bertanya, anak itu tidak bergeming, tidak menjawab.”

“Hampir 20 jam dia tetap diam. Buntu, tak ada jalan, Menteri tersebut yang dulunya merupakan direktur BIN memanggil dua anak buahnya yang sudah pensiun, mereka diminta untuk merawat serta mengawasi anak itu, dan tak lupa mencari tahu tentang: siapa anak itu, kenapa dia bisa ada disana, dan apa hubungannya dia dengan The Code. Terlebih lagi, jika anak itu tahu dimana The Code berada,” ucap Reigha sambil mengambil foto dari dokumen yang dipegang oleh Putra, foto tersebut merupakan foto profil resmi Firoz dan Maria.

“Penyelidikan dilakukan secara besar-besaran, 4 bulan setelahnya, mayat The Code ditemukan, autopsi dilakukan. Hasilnya The Code meninggal lebih dari 6 bulan sebelum pencurian itu terjadi. Artinya bukan The Code yang membobol sistem negara, IP Address tidak mungkin salah dan itu artinya, anak itulah tersangkanya,” ujar Andre.

“Kami tidak bisa mengerti kenapa orang tua kalian memutuskan untuk melarikan Venice keluar dari Indonesia, bagaimana kecelakaan itu terjadi, siapa dalangnya,” ucap Putra sambil melihat Reigha.

“Beberapa tahun setelahnya, muncul sebuah nama hacker baru, Venice dan bahkan sebuah organisasi hacker baru bernama Open Unity, gue rasa gue gak perlu lagi jelasin seberapa kuat dan lebar sayap Open Unity, karena Roy tahu tentang itu,” Reigha mengambil spidol dan menuliskan sesuatu dibawah foto Maria dan Firoz.

Reigha menuliskan retired dibawah foto Maria dan Private Investigator dibawah foto Firoz.

“Maria, pensiun di tahun 99 saat rezim selesai, begitu pula dengan Firoz, tapi ketika Maria dipanggil kembali oleh pemerintah, Firoz mendadak sering menghubungi rekannya terdahulu, mungkin waktu itu Maria mendapatkan sanksi or anything. We can’t find the report for that year.

“We think maybe you know what happened,” ucap Putra dengan hati-hati.

Roy melihat Franz, dia pikir bebannya akan terangkat sedikit, Reigha pun berpikir ini menjawab beberapa pertanyaan di dalam hidupnya selama ini, tapi entah mengapa raut wajah Franz tidak menandakan hal itu, raut wajahnya seperti tidak menemukan apapun dan justru pertanyaannya bertambah.

“Rei,” franz memanggil Reigha yang masih berdiri di dekat papan tulis. “Lo gak bisa baca kah apa yang udah gue tulis disana? Apa yang lo ceritain gue udah paham gue udah tahu, dan ini gak menjawab apapun.”

Perkiraan Reigha benar terjadi, ia hanya berharap Presiden tidak akan merekrutnya masuk ke TRP atau mereka akan selalu bertengkar seperti ini.

Lihat selengkapnya