Shadow of Treachery

Ang.Rose
Chapter #24

ON THE CONTRARY

Sambil memegang alamat itu Franz pergi ke arah dapur untuk berpikir. Tebakannya waktu itu terbukti benar. Hanya saja dia tidak menyangkah bahwa sang ibu juga seorang agen BIN dan bahkan keduanya sudah pensiun sejak lama.

Ucapan Reigha tentang ayahnya yang tiba-tiba menjadi Private Contractor mungkin untuk mencari daftar itu, yang entah apa isinya. Dia memang pernah mendengar hal itu, sebelum mereka pergi untuk menjemput Vivi.

“Kalau kalian gak bisa jujur tentang dokumen apa itu, anggap gue gak denger apa yang Putra bilang, apa yang sebenernya Presiden mau dari gue?”

“Off the record,” ucap Reigha sambil menaruh kedua tangannya di saku celana dengan memandang Franz yang ada di dapur. “I don’t want you to be involved in any of this Franz. You suffer too much.”

“That’s not the point now. I was already involved when two women came to my office to investigate him.”

Reigha terdiam, ini ada benarnya, semua bermula dari Franz, jika kedua orang itu tidak datang ke kantor Franz untuk minta penyelidikan, Junaidi tidak perlu ditangkap polisi dan mati di penjara. Mereka pun tidak akan tahu bahwa hal menyeramkan ini akan terulang kembali.

Fine. Dia gak pernah bicara secara eksplisit, well, my words against him, like we are. But, here are the things: kita, Pemerintah cari tahu tentang Venice dan Open Unity bertahun-tahun dan gak pernah bisa nemuin mereka, we even just knew the headquarter is here, in Indonesia. Why is she here? Maybe there’s a different story. But, until we came across that Venice is the same kid from 20 years ago, that makes sense,” ucap Reigha.

“After Junaidi's death, we saw three of you going somewhere. We report that to the President,” ucap Putra.

“Pada awalnya, Presiden menyuruh kami untuk menghalangi atau membubarkan mereka, agar skandal keuangan itu tidak lagi keluar ke publik, alasannya sederhana, agar tidak terjadi kepanikan dan akhirnya semua orang mencairkan aset mereka,” lanjut Andre.

“Makes sense,” ucap Tama.

“Memang, tapi semua berubah ketika Junaidi mati dipenjara. Setelah Presiden tahu bahwa kemungkinan Venice adalah anak dari 20 tahun lalu, perintahnya berubah menjadi, tangkap Venice dan libatkan Franz dalam penyelidikan,” ucap Reigha.

“Dia bicara begitu?”

I said what I said, it was his words against mine. Presiden tidak bisa mengatakan sesuatu dengan pasti karena dari kata-katanya akan muncul sebuah perintah, dan gue hanya menangkap gambaran besarnya.”

If you said that. Gue bisa bilang kalau Presiden butuh gue untuk nangkep Venice dan dia butuh Venice untuk sesuatu yang seharusnya gak gue gak boleh denger?”

“For all the months we have been working on? Yes,” jawab Reigha.

“Emosi psikologi yang dipakai oleh Presiden adalah, hanya seorang kakak yang bisa menghentikan adiknya, dalam hal ini, yang dimaksud adalah—”

“Gue ngerti Put, walau gue bukan profiler gue paham kalau dia mau menggunakan gue untuk kepentingannya dia meskipun itu berarti gue harus membuat Venice, Fiona dan gue sendiri dalam bahaya.”

I’m sorry man, lo bahkan bukan polisi lagi tapi dia minta terlalu banyak dari lo, like I said, you suffer too much.

“But you don’t want me to leave this case either, right?”

“Like it or not, we need your help, all of you.”

“Itu artinya, setelah ini semua selesai, kemungkinan kasus ini gak akan kebuka publik kan?”

“TRP ada untuk menutup kasus ini dari Publik hanya pejabat elit yang tahu dan kalian,” jawab Reigha.

“Orang seperti kalian, dan Venice dibutuhkan di masyarakat yang tepat. Masyarakat kita belum cukup untuk menerima orang-orang seperti kalian. Banyak orang pintar dan kritis, tapi banyak juga orang yang gampang terpengaruh,” sambung Andre.

“Psikologi rata-rata orang Indonesia mengikuti arus yang paling kencang, sedangkan terkadang yang kencang tidak membicarakan kebenaran, masih banyak orang yang bicara karena uang yang datang bagi mereka, bukan untuk kepentingan orang banyak,” ucap Putra.

Lihat selengkapnya