She's Mine

Siti Handriani
Chapter #2

Eyes Contact

Suara burung besi mendominasi pendengaranku saat ini. Tempat yang ramai, dengan banyak beragam orang-orang dari berbagai belahan dunia kini berada disini.

Aku menatap sekitar dengan gusar. Bagaimana tidak? bahkan ini sudah hampir dua puluh menit aku menunggu seseorang yang janjinya akan menjemputku disini.

Kupasang kembali headphone yang sedari tadi bertengger di leher dan membuat suasana kali ini berubah. Lagu don't watch me cry dari Jorja Smith menjadi list pertama yang kupilih karena lagu itu membuatku mengingat akan seseorang.

Lantunan lagu yang mengalun indah, kembali mengingat betapa menyedihkan nya ia saat dulu. Seseorang membuatku tersentak kaget kala headphone yang kugunakan terlepas begitu saja, dan dengan segera aku pun membalikkan badan untuk melihat si pelaku.

"Hallo my little sister, do you miss me?" Suara tegas yang begitu lembut dengan wajah cerah cerianya membuatku langsung menghamburkan pelukanku padanya.

Sosok yang selalu aku rindukan dimana pun aku berada. Sosok tampan dengan satu buah lesung pipi di sebelah kiri nya. Dan tak lupa juga kemeja yang kini terlihat sedikit kusut karena aku yakin ia bahkan belum pulang ke rumah setelah dari kantor.

"Miss you so bad." Kami berpelukan untuk saling melepas rindu.

"Hm ... masih segini aja tingginya." Mendengar hal itu, aku dengan cepat menengadahkan kepala dan menatapnya tak percaya.

Astaga, kami berpisah saat umurku tiga belas tahun dan kami hanya melakukan video call untuk melepas rindu. Sangat jelas ada perbedaan pada tinggi badanku yang sekarang.

"Kak, bahkan tinggiku sekarang 167 cm, masih kurang tinggi kah aku dimata kakak?"

"Ya, kalau kamu mau masuk klasifikasi tinggi kakak, kamu harus melebihi kakak."

"Tenang saja, aku masih dalam masa pertumbuhan, aku pasti bakal buktiin kalau aku bisa lebih tinggi dari ini." Jawabku bahkan membuatnya tertawa, memangnya apa yang lucu? aku pun kembali menatapnya kali ini penuh ancaman karena dengan beraninya ia merusak tatanan rambutku.

"Kita lihat saja nanti," ucapan yang di barengi dengan seringai tipis di bibirnya membuatku ingin sekali menggaruk wajah tampan nya. Ish, menyebalkan.

Akhirnya, aku dan kakakku memutuskan untuk langsung ke rumah tanpa nongkrong atau membeli camilan dan sebagainya karena aku merasa lelah, begitupun dengan kakak.

Hingga, mata ini terasa lelah dan tanpa di sadari, aku pun terlelap selama perjalanan menuju ke rumah.

*****

Mobil yang kutumpangi saat ini mulai menghentikan lajunya dan membuatku terbangun.

Hmm, sungguh hari yang melelahkan. Aku menatap sekitar yang ternyata kini telah berhenti di sebuah pekarangan rumah dengan banyaknya tumbuhan yang mengelilingi halaman depan membuat udara terasa menyejukkan. Aku menatap kakakku yang kini tengah menatapku juga.

"Gimana? kamu suka?"

"Suka, udah lama banget aku pengen tinggal di rumah yang asri seperti ini, Kak." Aku pun membuka safety belt yang sedari tadi kugunakan selama perjalanan. Saat pintu mobil terbuka, udara sejuk langsung menguarkan masuk indera penciumanku.

"Sejuk nya."

"Pasti, yuk masuk, biar kopernya kakak yang bawa."

"Thank you," ucapku dengan senyum manis yang membuatnya ikut tersenyum ke arahku. Aku lihat kembali halaman yang kini di penuhi bunga dan tanaman lainnya. Aku pasti akan betah tinggal disini. Ya, semoga.

"Sayang ... Bunda rindu sekali." Kupeluk wanita paruh baya yang telah berjasa dalam kehidupanku ini dengan eratnya. Menahan rindu selama bertahun-tahun pada mereka semua membuatku menitihkan air mata bahagia karena bisa memeluk mereka lagi.

"Miss you too, Bunda." Lagi, kupeluk semakin erat nya membuat bunda menangis karena akhirnya bisa bertemu lagi dengan putri bungsunya.

Ya, Aku adalah anak kedua dari dua bersaudara. Ayahku bernama Adam Syah Pramudana, seorang kapolri yang kini bertugas di kepolisian Jakarta Pusat. Dan bundaku bernama Yunita Azhar, beliau seorang pemilik cafe yang kini tengah berkembang dan memiliki tiga cabang.

Kakakku bernama Andik Hans Pramudana, ia pun tak kalah dengan ayah dan bunda, karena ia memulai bisnis otomotif nya dari nol hingga kini telah menjadi perusahaan besar dan memiliki investor di mana-mana. Kakakku termasuk orang yang sangat sibuk, namun karena sayangnya ia padaku, ia dengan rela menjemputku walau lelah di rasanya.

"Kak, mandi dulu sana, nanti turun untuk makan. Pasti kalian lapar kan?" ucap bunda yang langsung di angguki oleh kakak.

Lihat selengkapnya