"Kunyatakan cinta, kau tolak dengan dengan jawaban yang hampa. Kuberi kau 1000 mawar, malah aku yang kena durinya. Apa sesulit itukah membuka hatimu untukku?"
-Yang sedang sayang-sayangnya-
***
Sebuah motor besar keluar dari area sekolah. Di depan gerbang, Gara melihat seorang gadis cantik yang baru saja tadi pagi menyatakan cinta padanya. Sebenarnya Gara sangat muak jika harus melihat dia. Apalagi saat ini. Tapi mau gimana lagi, jika saat ini gadis itu sedang tersenyum padanya sambil memanggil namanya beberapa kali. Gara berusaha untuk tak memperdulikannya. Dia berusaha keras untuk menulikan pendengarannya. Namun, seolah-olah hati nuraninya berkata untuk peduli kepada gadis itu.
"Cewek itu lagi." ucap Gara pelan.
"Kak Gara, anterin Tania pulang ya Kak?" lirih Tania sambil menatap wajah Gara yang tampan itu.
"Gak" ujar Gara dingin tanpa berniat untuk menatap orang yang ada di hadapannya.
"Kali ini aja deh Kak, Bunda gak bisa jemput aku soalnya lagi ada meeting di kantor. Aku mau pesen taksi tapi uang aku mepet juga Kak, anterin ya Kak" Tania berucap memelas kepada Gara, sambil mengeluarkan jurus jitunya pupy eyes. Gaya ini seolah seperti merayu sang pacar agar mau melakukan keinginan.
"Kalo gue bilang nggak ya nggak! Ngerti bahasa gue gak sih lo?" bentak Gara dengan nada cukup keras, karena sedari tadi Tania sudah membuat emosinya memuncak.
Mendengar jawaban dari laki-laki yang ada di hadapannya saat ini, membuat gadis cantik dengan senyum manis itu tiba-tiba menangis. Rasanya hatinya seperti tertusuk paku. Baru kali ini, ia dibentak oleh seseorang. Dan tak lain, yang membentaknya adalah orang yang dirinya suka. Bisa bayangin kan gimana perih hatinya saat ini?
"Aku cuma minta dianterin pulang kok Kak gak lebih." Tania berucap sambil menangis dan menunduk tak berani menatap laki-laki itu.
Melihat mata Tania yang berkaca-kaca, membuat Gara tak tega melihatnya. Ia sangat tidak suka melihat perempuan menangis. Apalagi jika menangis karena dirinya. Itulah yang membuat Gara sedikit menyesal karena telah membentak gadis itu.
"Jadi naik nggak nih? 3 detik lo nggak naik, gue tinggal!" ucap Gara seperti nada mengancam.
Sedangkan yang mendengar kalimat itu, malah tersenyum dengan lebar setelah 5 menit lalu meneteskan air mata.
"Iya Kak ikut." ucap gadis itu dengan semangat namun masih ada bekas air mata di pipinya.
Gara memutuskan untuk mengantar pulang Tania. Daripada nantinya, dirinya dicap sebagai laki-laki yang membuat wanita menangis. Gara, tidak seberengsek itu.
Tania naik ke atas motor Gara, sambil menyeka air matanya. Yang ada dipikiran Tania saat ini, dirinya sangat senang sekali. Sebab akhirnya, Gara mau mengantarkan dirinya pulang. Gara melihat ke arah spion yang sedari tadi gadis yang diboncengnya itu tersenyum bahagia.
"Jangan geer! Gue nganterin lo karena kasihan aja, nggak lebih." ucap Gara dingin.
"Iya Kak, aku tahu kok. Tapi rasanya seneng aja dianterin sama Kakak." Tania tak henti-hentinya tersenyum sambil mengambil kesempatan dengan memeluk jaket Gara. Dan tak lupa, membayangkan romantisnya naik motor berdua saat ini.
"Lo seriusan suka sama gue?" tanya Gara dengan nada dingin seperti biasanya.
"Iya Kak. Aku suka banget sama Kakak. Dan itupun sejak pertama kali liat Kak Gara main basket sama SMA Cakrawala." ucap Tania dengan semangat.
"Oh."
"Eh itu belok kiri Kak" ujar Tania menunjukkan arah rumahnya.
"Turun!" perintah Gara saat sudah sampai di sebuah rumah yang besar dan mewah dengan cat warna merah dan putih.
"Makasih ya Kak, udah mau nganterin aku."
"Hm."
"Kak Gara gak mampir dulu, biar aku buatin minum? " basa-basi Tania, menutupi rasa salting yang ada pada dirinya sedari tadi.
"Enggak usah, gue cabut." putus Gara yang hendak melangkah keluar dari pagar rumah itu.
"Eh Kak Gara tunggu!" Tania memanggil dan menghampiri Gara lagi.
"Apa lagi sih?" Gara berusaha sabar menghadapi gadis yang ada dihadapannya ini.
"Ummm itu Kak, nanti malem chat aku dibales ya Kak."
"Kalo sempet."
Motor milik Gara keluar dari rumah besar Tania. Sebenarnya Gara malas sekali mengantar gadis itu. Apalagi jika harus chattingan dengannya. Tapi entah kenapa senyum Tania mirip sekali dengan mamanya. Hal itu, membuat Gara bingung akan perasaanya.
***
Saat ini Gara sudah sampai di sebuah rumah mewah dengan cat putih dominan abu-abu. Gara masuk ke dalam rumah tersebut, dan disambut oleh seorang wanita cantik paruh baya yang tak lain adalah Najmia, Mamanya.
"Mama udah buatin makanan kesukaan kamu sayang," ucap Najmia Mama Gara.