Shagara

Dita
Chapter #4

4. Hukuman Tak Terduga

"Jika jatuh cinta itu memang mudah, mengapa untukmu membalas perasaanku sangat sulit?"

***

Malam ini Gara terlihat sangat tampan dengan kaos hitam dan celana hitam. Sungguh pesona yang luar biasa jika kaum hawa melihatnya seperti sekarang ini. Mungkin hampir sebagian orang, malam minggu adalah waktu yang sangat pas jika digunakan untuk berkencan. Sayangnya ini tidak cocok untuk seorang Gara Pradipta Putra. Sebab, dia tak memiliki pacar alias jomblo. Dan biasanya, para perempuan sibuk berdandan cantik untuk menunggu sang kekasih mengapelinya. Dibawakan seikat bunga, coklat, ataupun kalimat romantis adalah harapan semua wanita.

Sedangkan Gara lebih memilih menghabiskan malam minggunya untuk balapan bersama Dito dan teman-teman lainnya atau menemani Mamanya menonton drama korea. Minggu-minggu ini, Mamanya sedang asik menonton drama korea yang berjudul The world of the married. Drama korea yang sedang panas-panasnya diperbincangkan seluruh pencinta drakor terutama masyarakat +62. Setiap kali menonton drama itu, Mamanya lebih sering emosi dan marah-marah jika melihat sang pemeran tokoh utama yaitu Ji Sun Woo, istri dari Tae oh yang selalu tersakiti. Gara juga melihat, jika saat sang pelakor di drama itu muncul pasti Mamanya langsung emosi tak karuan.

"Astagfirullah." Itulah kalimat yang sering Gara ucap ketika menonton drama itu. Dan akhirnya, Gara memilih untuk tidak melanjutkan menonton drama perselingkuhan yang super rumit itu. Gara juga pilih-pilih saat menonton drama korea. Walaupun ia bukan pecinta K-drama, tapi dia cukup suka dengan beberapa drama yang pernah ia tonton bersama Mamanya. Seperti Strong woman Do Bong- Soon, City Hunter, Healer, dan satu lagi kesukaan Gara yaitu My love from the star. Kisah romantis seorang alien tampan yang diperankan oleh Kim So Hyun.

Gara beranjak turun dari kamar setelah selesai bersiap. Sekarang dia menemui Mamanya untuk pamit ke basecamp balapan bersama Dito.

"Anak Mama tumben ganteng banget, mau apel pacar ya?" goda sang Mama.

"Gara nggak punya pacar Ma." sahut Gara dengan nada sedikit kesal.

"Makanya cari pacar dong nak, kenalin ke Mama." ucap sang Mama dengan tersenyum ria.

"Iya Ma, kapan-kapan kalau nggak ujan Gara pasti cari pacar kok." canda Gara sambil tersenyum ke arah Mamanya.

Mendengar itu membuat sang Mama mencubit lengan Gara pelan. "Kamu ish."

"Yaudah deh Ma, Gara ke tempat balapan dulu ya." ucap Gara dengan mencium punggung tangan Mamanya itu sambil tersenyum singkat.

"Gara nggak capek balapan terus?" tanya Mamanya sambil membenarkan rambut anaknya yang sedikit berantakan.

Gara tersenyum, " justru Gara malah bahagia kok Ma dengan balapan." jawab Gara lembut.

Helaan napas dari Mamanya cukup terdengar di telinga Gara. Sebenarnya, sang Mama bukannya tidak mengijinkan anaknya untuk keluar malam, tadi hanya saja rasa khawatir seorang ibu terhadap anak semata wayangnya itu. Pikiran buruk seorang ibu tentang anaknya akan selalu ada. Seperti jika ternyata di luar sana Gara menggunakan narkoba, judi online atau mabuk-mabukan ke club. Tapi itu hanya angin lalu saja karena Mamanya juga tahu jika Dito adalah sahabat dekat Gata. Dan Dito adalah cucu dari Kyai terkenal di pesantren Kalideres Jakarta. Dan tidak mungkin seorang cucu Kyai mempunyai pergaulan bebas seperti remaja di luar sana. Itulah kenapa, Mama Gara selalu berfikiran positif ketika anaknya bersama Dito.

"Yaudah, Gara berangkat gih! Pulangnya jangan malam-malam yaa nak." ingat Mamanya kepada Gara.

"Iya Ma, Gara berangkat dulu ya, Assalamualaikum." pamit Gara mencium punggung tangan Mamanya lagi.

"Waalaikumsalam Nak."

Setelah itu, Gara menuju teras rumah dan mengambil motornya. Tepat pukul 20.00 Gara melajukan motornya menuju tempat balapan dengan kecepatan 60 Km/jam.

20 menit perjalanan, ia sampai ke tempat yang dituju. Gara turun dari motor, dan melihat sekeliling area itu untuk mencari keberadaan Dito.

Gara membalik tubuhnya ke belakang karena merasa ada cahaya senter yang merambat lurus ke depan.

"Dorrrrrrr!"

Gara hampir saja jantungan, ketika laki-laki semprul dan rempong itu mengarahkan cahaya senter ke wajah laki-laki itu sendiri. Bagaimana Gara tidak kaget, jika cahaya senter itu ke wajah Dito dan menghadap arahnya sambil bersuara dorrr! Tentu saja Gara sedikit jantungan. Sahabatnya ini sepertinya memang sudah tak waras, pikir Gara.

"Lo gila bambank." ucap Gara dengam memelototi Dito.

"Sorry, sorry Gar gue sengaja." lagi-lagi, laki-laki yang termasuk BPJS ini malah tersenyum ke arah Gara sambil mengarahkan tangan peace.

"Gue hampir jantungan." ucap Gara.

"Gue kasihan kalau semisal lo kena serangan jantung tiba-tiba dan dibawa ke rumah sakit."

"Emang kenapa?" tanya Gara kepo.

"Kasian aja, lo kan jomblo ngenes gapunya pacar eh malah kena serangan jantung." Kali ini, Dito tak bisa menahan untuk tidak tertawa terbahak-bahak saat berada di kondisi seperti ini.

"Itu lo kali, bukan gue!" ujar Gara sinis.

"Gue jomblo tapi banyak yang suka." lanjut Gara.

"Lah songong lo, si Tania Tania itu yang suka lo?" tanya Dito.

"Gausah bahas dia bisa gak sih?" sarkas Gara.

"Sorry sorry bro. Yaudah kita langsung balapan aja." ajak Dito kepada Gara yang direspon dengan anggukan.

Setelah itu, mereka berjalan ke arah tempat untuk balapan sebuah area yang cukup luas untuk mengitari.

Keduanya sudah siap diatas motor dengan helm yang dipakainya di kepala Dito Dan Gara. Sorot mata tajam dari Gara menandakan bahwa ia ingin segera memulai balapan ini. Dito yang merasa ditatap dengan sorotan tajam oleh sahabatnya itu, malah membalas dengan senyuman saja.

"Lo siap-siap kalah, dan terima hadiah dari gue." Dito tersenyum ke arah Gara dengan nada mengejek.

"In your dream." balas Gara dengan mengegas motornya.

"Kita mulai balapannya!" Keduanya bersuara bersamaan.

Lihat selengkapnya