Shagara

Dita
Chapter #6

6. Sebuah Teka-Teki

‘’Itulah kenapa aku selalu mengatakan untuk membuktikan. Bukan hanya sekedar kata, namun bukti yang bisa kamu percaya." -Gara-

***

Gara tersenyum dan mengeluarkan sebuket mawar yang di dalamnya juga ada kotak kecil. Untuk mempersingkat waktu Gara berucap lagi, "Shaletta, will you be my girlfriend?"

Letta hanya bisa menganga melihat perlakuan Gara saat ini. Rasanya seperti keajaiban yang tak pernah Letta bayangkan sebelumnya. Jika ini mimpi, mohon jangan bangunkan Letta untuk sebentar saja. Gara menyatakan cintanya di depan murid SMA Indora adalah hal yang paling indah yang tak pernah ia bayangkan. Diam-diam, Letta menunduk dan tersenyum malu tak berani menatap laki-laki tampan di hadapannya.

Hingga terdengarlah beberapa ungkapan yang membuat Letta sedikit terbawa perasaan. Namun, hal itu tidak begitu berpengaruh untuknya. Sebab, ia sudah sangat hafal mendengar semua umpatan itu.

‘’Itu si Gara lagi sakit kali ya, bisa-bisanya nembak si cewek cupu itu.’’

‘’Cupu kok dipacarin.’’

‘’Harusnya Gara tuh milih gue, daripada si cupu itu.’’ ucap salah satu fans dari Gara yang sedari tadi menyaksikan hal konyol itu.

Gara mencoba mengabaikan semua tanggapan dari beberapa perempuan tersebut. Walaupun dalam hatinya, ia juga berpikiran yang sama. Tapi, ia harus tetap jadian dengan gadis cupu itu.

Mulutnya terbuka dan siap untuk bersuara lagi.

‘’Jadi gimana? Kamu mau jadi pacar aku kan?’’ tanya Gara sekali lagi dengan romantis dan tersenyum ke arah Letta.

Padahal Gara jarang sekali tersenyum, mengapa rasanya hari ini bibirnya sangat ikhlas untuk membentuk sebuah senyuman itu?

Letta menatap wajah Gara yang tampan dan ia tak bisa menyembunyikan pipinya yang merona seperti kepiting rebus saat ini.

‘’Aku mau jadi pacar kamu.’’ jawab Letta dengan pelan.

Semua siswa Indora langsung syok mendengarnya. Banyak yang tidak terima dengan pernyataan cinta Gara kepada gadis cupu itu. Jadi mereka sekarang benar-benar pacaran?

Gara mendengar jawaban gadis itu, dan tersenyum tipis. Akhirnya misi Gara sukses untuk membuat Letta menjadi pacarnya. Di hari kelulusan SMA nanti, akan Gara pastikan untuk memutuskan Letta. Gara juga yakin, jika ia tidak akan baper gadis cupu itu.

‘’Thanks, lo udah terima cinta gue.’’ Setelah mengatakan kalimat tersebut Gara langsung pergi meninggalkan Letta yang butuh banyak jawaban darinya.

Letta sedikit bingung dengan kalimat yang Gara ucapkan. Kenapa Gara kembali menggunakan kata ‘’lo’’ padahal saat menyatakan cinta tadi menggunakan kata ‘’kamu."

‘’Kayaknya si Gara nggak serius deh nembak si Letta." ucap Airyn gadis cantik yang kebetulan dulu adalah parthner Olimpiade Gara saat kelas 11.

Letta memutuskan untuk melanjutkan pelajaran olahraganya yang tadi terbuang sekitar 15 menit karena Gara.

***

Berita pernyataan cinta Gara kepada Letta sangat cepat terdengar semua warga Indora termasuk guru-guru yang menggemari Gara karena kepintarannya. Hal itu juga membuat Tania sedikit mencak-mencak dengan berita itu.

Dan disinilah Tania berada. Taman SMA Indora yang biasanya lebih sering digunakan para siswa untuk pacaran. Sebab, di area taman ini tidak dipasang cctv.

Dara hanya bisa menghembuskan napas saja saat melihat sahabatnya itu memasang muka cemberut sedari tadi.

Tangan Dara terarah untuk merangkul Tania dan menenangkannya agar tak sebal lagi. Namun, nyatanya hal yang dilakukan Dara juga tidak ada pengaruhnya bagi Tania.

"Aku kurang apa sih Ra? Bilang sama aku, apa Kak Letta itu lebih cantik dari aku?" tanya Tania dengan mata yang berkaca-kaca.

Dara hanya bisa menggigit bibirnya mendengar pertanyaan dari gadis cantik itu. Jika ia menjawab bahwa Letta lebih cantik darinya, pasti Tania akan merengek dan menangis 3 hari 3 malam seperti saat Gara tak pernah membalas chatnya dulu.

"Lo itu cantik kok Tan, jangan insecure gitu deh." bujuk Dara.

"Kalo Kak Letta cantik nggak menurut kamu?" Tania masih sedikit kesal jika Gara laki-laki yang disukainya lebih memilih gadis cupu seperti Letta kakak kelasnya itu.

Saat ini Dara sedikit bingung dengan pertanyaan Letta cantik atau tidak. Karena menurut pengliatan mata Dara, Kakak kelasnya itu cantik sekali. Hanya saja memakai kacamata bundar dan rambut yang dikucir 2. Jika Letta mengurai rambutnya atau mengganti kacamata yang lebih bagus, pasti akan membuatnya terlihat lebih cantik.

"Kak Letta? Menurut gue sih, Kak Letta cantik." ungkap Dara dengan jujur.

"Tapi kan Kak Letta itu cupu? Masa cupu cantik sih Dar?" tanya Tania tidak terima.

"Lo kan nanya pendapat gue gimana, ya kalo gue mah ngeliatnya gitu." sahut Dara sedikit malas dengan sikap sahabatnya itu.

Dara memang bersahabatan dengan Tania sangat dekat. Tapi jika urusan seperti ini, Dara sedikit malas dengan Tania. Dara berpikir kadang Tania itu egois dan tidak mau menerima kritikan dari orang lain.

"Kamu berpihak ke aku apa Kak Letta sih?" Entah mood Tania yang sedang buruk atau memang Dara yang sedikit salah berbicara sampai membuat Tania seperti itu.

Dara yang mendengarnya hanya bisa diam saja. Jika sudah berurusan seperti ini, Dara lebih memilih untuk tak melanjutkan daripada nantinya akan membuat hubungan persahabatannya akan buruk.

"Gue nggak berpihak ke siapa-siapa Tan, lo tadi nanya dan gue berpendapat apa itu salah?"

"Tapi harusnya kamu berpihak ke aku bukan Kak Letta." ucap Tania dengan sedikit emosi.

"Apa kalau semisal lo nyuri dan lo minta gue sebagai saksi mata, gue harus bilang lo nggak nyuri sedangkan kenyataannya lo itu nyuri. Gitu?"

"Itu beda permasalahan Dar."

"Gue kan ngomongnya semisal Tan." sahut Dara tak mau kalah.

"Au ah, lama-lama aku males sama kamu. Aku lupa, keluarga kamu kan broken home pasti itu akan mempengaruhi kamu jadi orang yang keras kepala." Entah mengapa Dara sangat marah mendengar Tania berbicara seperti itu. Untuk saat ini, Dara merasa bahwa Tania bukan sahabatnya. Tidak ada seorang sahabat yang akan tega berbicara seperti itu.

"Kalo lo emang nganggap gue seperti itu, silahkan lo nggak usah temenan bahkan curhat apapun tentang Kak Gara yang lo suka itu ke gue." ujar Dara menjadi dingin.

Tania yang mendengarnya sedikit berpikir sebentar mengenai kalimat yang ia ucapkan tadi sedikit keterlaluan sehingga menyakiti perasaan Dara. Tapi mau gimana lagi jika sikap egois dan tak mau kalah adalah ciri khas seorang Tania.

Sebelum melangkah pergi, Dara menatap mata Tania dan mengucapkan sesuatu.

"Oh ya satu hal yang harus lo tahu, nggak semua cowok itu bakal tertarik sama cewek yang cantik aja. Dan kalo gue boleh jujur, gue juga sependapat sama Kak Gara kalau dia milih Kak Letta. Nggak kayak orang egois yang ada di hadapan gue ini." Setelah mengatakan itu, Dara pergi meninggalkan Tania yang membeku di tempat.

Tania sadar, bahwa yang barusan ia katakan mengenai keluarga broken home Dara cukup kelewatan. Harusnya ia tidak menyakiti perasaaan Dara dengan kata-katanya tadi. Bagaimanapun juga, Dara adalah satu-satunya sahabat yang ia punya.

Ting!

Terdengar bunyi notifikasi dari handpone nya. Dengan pelan, Tania mengambil benda berwarna silver itu dari sakunya.

Dahi Tania mengerut membaca pesan dari nomor yang tak dikenal itu.

+6285342****

Gue tahu, lo pasti kesel karena Gara lebih milih si cupu daripada lo.

"Siapa sih yang ngirimin pesan ini ke aku?" tanya Tania pada dirinya sendiri dengan cemas.

Baru saja Tania akan memasukkan handpone nya ke sakunya lagi, tiba-tiba ada pesan masuk yang membuat Tania penasaran apa maksud pesan tersebut. Karena kali ini memang dengan nomor yang sama, namun pesan yang dikirimkan orang tersebut dengan angka-angka.

Lihat selengkapnya