"Aku pernah mencintaimu sangat dalam. Namun aku hanya diam. Tapi mengapa sekarang kamu datang dan minta padaku sebuah jawaban?"
-Leonare Quenika-
***
Gara melihat Letta dari kaca spionnya yang sedari tadi mengulumkan senyumnya itu. Gara tahu jika hubungan asmaranya ini memanglah hanya sebuah dare karena kalah taruhan. Tapi mengapa malah Gara terlihat benar-benar menjalani percintaannya ini? Apa hatinya yang dingin sudah mulai terbuka dengan kehadiran gadis itu? Dia hanya gadis cupu. Dan itu bukan selera Gara sama sekali. Gara menggelengkan kepala dan berusaha berpikir kembali bahwa semua perhatian yang selama ini ia beri kepada Letta hanyalah rasa kasihan saja. Tidak lebih, dan tidak ada rasa sama sekali.
"Lo laper nggak?" tanya Gara tiba-tiba.
Letta yang mendapati pertanyaan itu hanya mengerjak dan diam.
"Laper nggak?" tanya Gara lagi.
"Aku nggak bawa uang cukup Gar." jawab Letta sangat pelan.
Dalam hatinya, Letta benar-benar malu saat bersama Gara. Letta yakin, jika Gara berpikir bahwa Letta perempuan yang memanfaatkan Gara saja. Tapi bukan seperti itu kenyataannya. Setiap harinya, uang jajan Letta selalu saja diambil oleh Kakak tirinya. Jadi Letta hanya bisa membawa uang seadanya saja dari tabungannya. Jika ia tak sibuk belajar, tentu saja ia akan mencari kerja sampingan untuk menambah uang sakunya. Tapi nyatanya, kelas 12 ini Letta tak punya waktu luang untuk itu semua.
Gara menghembuskan napas kesal. "Gue nanya lo laper apa enggak, bukan nanya lo bawa uang!" sentak Gara.
"Maaf Gara." kata Letta lembut.
"Cari makan dulu aja, gue laper."
"Iya."
Motor ninja merah milik Gara berhenti di sebuah warung bakso di tepi jalan. Letta turun dari motor Gara dan menatap Gara heran.
"Bakso nggak papa kan?" tanya Gara.
"Iya nggak papa banget." ujar Letta yang diakhiri dengan senyuman.
Gara memesan semangkuk bakso dan dua jeruk hangat. Lagi-lagi Gara tersenyum singkat melihat Letta yang sedang makan bakso dengan sangat lahap. Gara memegang dadanya yang hari-hari ini selalu deg deg an saat bersama Letta.
Letta merasa sedikit canggung saat Gara menatapnya seperti ini. Dalam hatinya, ia sangat senang sekali.
"Gara maaf ya, aku sering ngerepotin kamu." ucap Letta.
"Baru nyadar lo?" tanya Gara ketus.
Aduh Gara, kapan sih kamu bisa manis kayak Dito? Masih tetep aja ketus deh.
"Makasih ya Gara."
Gara mengerutkan dahinya heran untuk apa Letta berterima kasih kepadanya.
"Untuk?"
"Kimia yang kemarin." jawab Letta.
"It's okay!" jawab Gara yang ia balas dengan anggukan.
***
Hari ini Rere pulang dengan muka yang ditekuk tak seperti biasanya. Ia sangat kesal dengan Dito yang selalu saja mengusiknya dan memanggil dia mak lampir setiap harinya. Masa cantik-cantik gini dibilang mak lampir? Pikir Rere.
Rere menggentakkan kakinya berkali-kali di lantai kamarnya dan langsung menghempaskan tubuhnya ke kasur lembut dengan sprei bonita itu.
Pikirannya bener-benar muak akan tingkah Dito selama ini. Rere juga sudah menandai seseorang yang bernama ANDITO GERALDINO TAMA akan menjadi musuh bebuyutan Rere selamanya.
Dito selalu saja mengganggunya setiap hari. Tidak di kelas, di kantin, ataupun di luar sekolah selalu saja laki-laki rese itu hadir di hadapannya.
Rere akui, jika ia adalah orang yang sangat jahat. Namun, dia hanya jahat kepada adik tirinya saja bukan yang lainnya.
Rere kira, Dito memiliki perasaan spesial kepada Letta selama ini. Sebab, Rere tak sengaja pernah mengganggu Letta dan laki-laki rese itu malah yang menolong Letta.
Tapi jika Dito memang mempunyai rasa kepada Letta, mengapa sekarang Dito terlihat biasa saja saat Letta bersama dengan Gara?
Apa maksud Dito sebenarnya?
Dito memang laki-laki yang tampan. Dan Rere mengakui hal itu. Bayangan wajah Dito saat mengejeknya dengan senyuman menyebalkan itu seketika ada di fikiran Rere saat ini. Rere menggelengkan kepalanya berusaha menghapus semua itu. Ia mengeluarkan jurus amit-amitnya dengan menepuk pipinya kanan kiri bahwa tak akan sudi ia memiliki pacar seperti Dito nantinya. Rere tahu, hatinya adalah milik laki-laki itu. Ya, hanya milik laki-laki itu. Meskipun ia tahu bahwa cintanya bertepuk sebelah tangan.
Suara ketukan pintu terdengar berulang-ulang karena sang pemilik kamar belum juga membukakannya sedari tadi.
"Rere bukain pintu!" suruh sang Mama sedikit dengan nada keras.
Rere terpaksa turun dari kasur dan berjalan ke arah pintu untuk membukannya.
"Rere lagi capek Ma, ada apa sih?" tanya Rere sedikit malas.
"Adik kamu mana? Kok jam segini belum pulang?"
Rere mengerutkan dahinya mendengar pertanyaan yang keluar dari sang Mama. Untuk apa sang Mama bertanya Letta belum pulang atau belum. Memang apa pedulinya?
"Asik pacaran kali sama pacarnya." jawab Rere.
"Anak cupu itu punya pacar?"
Rere mengangguk pasti. "Pacarnya ganteng banget, ranking paralel juga."
"Kok mau sama si cupu?"
"Tanya aja Ma, sama si Letta kasih jampi-jampi apaan."
Sang Mama hanya mengangguk paham.