Shaman Palakka

Raxl Sri
Chapter #2

Wicaksono #2

Sudah sekitar seminggu semenjak Ayahnya Bima, Bapak Bandoyo meninggal dunia. Dia kini hanya tinggal berdua bersama dengan Putri semata wayangnya Nanda. Gadis kecil berusia 10 tahun itu masih di liputi suasana berkabung, atas kepergian Kakeknya Bapak Bandoyo. Usianya yang masih belia, harus mengalami 2 kejadian di mana Ibu dan Kakeknya telah meninggal. Dia hanya memiliki Ayahnya yaitu Bima sebagai orang tua tunggal saat ini. 


Dengan kondisi Bima yang harus bekerja di Rumah sakit dan mengurus perusahaan obat, menjadi sulit baginya lebih banyak waktu untuk Nanda. Namun, gadis kecil itu tak pernah mengeluh, Dia menjadi seorang Anak yang baik dan tegar menghadapi banyak situasi sulit. 


Sekarang, ditambah dengan kondisi perusahaan obat tengah memanas, oleh banyak pihak yang mempersoalkan akan produksi obat baru. Untuk menangani penyakit sesak nafas ganas yang di sebut HB (High Breathability) dan di sebut-sebut sebagi wabah paling mematikan hingga saat ini, sebagai penyakit yang menyerang pernafasan manusia.


Penderitanya bisa tiba-tiba sulit bernafas hingga paru-paru mendadak berhenti bergerak. Selama 6 tahun, penyakit HB ini telah mewabah dunia, obatnya baru di temukan oleh pihak perusahaan Adidoyo dan telah di uji coba langsung. Sangat menggemparkan, di mana bahan dari obat yang telah di buat tersebut, hanya tumbuh di Indonesia. 


Sehingga selain obat yang berhasil di buat juga bahan semua beradal dari Indonesia. Setelah banyak pihak yang telah mengetahui, bahwa obat itu benar-benar ampuh mengobati penyakit HB. Mereka semua dengan cepat mengajukan permintaan jumlah obat dalam jumlah besar. 


Tapi, pihak perusahaan dan Pemerintahan kini dengan tegas menunda produksi masal. Selain itu Pemerintah mengharapkan keputusan bijak perusahaan terhadap obat HB itu. Pemerintah telah menyetujui dan mendukung atas pembuatan obat HB, sementara ini secara maksimal untuk memulihkan kondisi penduduk Indonesia dahulu. 


Itu sesuai dengan usulan dari pihak perusahaan obat, yang tidak lain dari Bapak Bandoyo sendiri. Namun, sampai saat ini desakan tidak henti-hentinya datang agar Pemerintah dan pihak perusahaan mau segera menjual obat tersebut melalui Ekspor.


Bima akan mengurusi masalah ini dengan serius sebagai pemilik sah Perusahaan. Dia juga akan menangani soal Ayahnya yang sakit mendadak dengan gejala aneh dan tak masuk akal itu segera. Sedari awal, beberapa rekan Dokternya mengatakan kepadanya bahwa, mungkin saja Bapak Bandoyo sebenarnya di serang Ilmu Hitam. Mereka menyarankan Bima untuk menangani ini kepada orang-orang yang Ahli akan kekuatan Supranatural atau bahkan Dukun sekalipun.


Namun, sebagai Dokter, Bima sulit untuk mempercayai hal-hal tidak logis dan menghindari berurusan dengan orang-orang dengan pamor seperti Dukun. Bagiamanapun, meminta seorang Dukun adalah hal buruk. Dia telah bertanya dan meminta pada para Ahli Supranatural dengan Ilmu Putih untuk menangani penyakit Ayahnya.


Sayangnya jawaban Mereka sama. Yaitu, sulit jika tak mengetahui orang-orang di balik perbuatan tersebut. Karena hal tersebutlah Dokter Bima memutuskan untuk menyewa Dektektif untuk menangani persolan siapa yang tengah mengincar Keluarganya, terutama Ayahnya. 


Dia juga harus memikirkan Putrinya Nanda lebih banyak lagi dan menjaganya dengan baik. Segala sesuatu kadang akan beruntun ketika muncul. Bima akan meminta Detektif mencari seseorang yang mungkin telah melakukan perbuatan terkutuk terhadap ayahnya dan meminta pihak Polisi untuk mengawasi sementara Putrinya, selagi Dia harus mengurus. 


Ini adalah waktu yang tepat untuk meminta Dektektif dalam masalah ini, itu tidak bisa lepas dari rasa kecewa atas dirinya yang tidak bisa mencegah kematian Ayahnya. Maka Bima dengan tekadnya, mengajukan beberapa hal dan akan mengunjungi beberapa pihak yang Ahli dalam menyelidiki sesuatu. Sebelumnya Bima menitipkan Nanda kepada Teman dekat yang dapat di percaya. 


"Angga, Aku titip Anakku denganmu sementara yak. Aku harus benar-benar mengurusi beberapa hal," begitu yang dikatakan oleh Bima kepada Angga temannya. Dia telah mengenalnya sejak masih duduk sekolah dasar dan memiliki hubungan yang baik dengan keluarganya.


"Jangan khawatir, Aku ngerti kok. Kamu kan lagi banyak hal yang terjadi, terutama turut berduka buat Ayahmu yak," begitu yang dikatakan Angga menjawab pernyataan Bima.

Lihat selengkapnya