Shaman Palakka

Raxl Sri
Chapter #3

Penyerangan Malam #3

Malam itu, Bima akhirnya kembali menuju Jakarta setelah beberapa urusan perusahaan di beberapa daerah akhirnya tuntas. Hasil dari beberapa musyawarah antar pihakperusahaan, pihak Pemerintah dan beberapa pihak yang menjalin bisnis akhirnya di capai. Mereka semua akhirnya memutuskan untuk mengikuti kehendak Bima yang menunda produksi masal obat ke luar Negeri. Dia juga telah mengajukan sebuah tindakan perlindungan hukum atas tindakannya.


Dia yang akan menuju Jakarta dari kota Surabaya dan Yogyakarta, kini memutuskan untuk mengabil jalan dari Daerah Cirebon dan Banten. Malam itu sunyi melewati jalanan aspal lebar dengan pohon-pohon menjulang tinggi yang selebat Hutan belantara. Di jalanan lebar itu hanya beberapa mobil saja yang terlihat melintas. Itu bahkan dalam waktu yang cukup lama hanya untuk melihat satu mobil melintas. 


Bima terus melajukan mobilnya dengan tenang dan santai. Meskipun begitu gelap dan sunyi itu tak terlalu mengganggu, daripada angin malam yang dingin menusuk kulit. Jalanan yang dilalui cukup panjang dan luas, akan memakan waktu sekitar 2 jam perjalanan hingga akhirnya mulai memasuki Pemukiman Warga sekitar.


Jalanan yang seringkali digunakan oleh para pemudik itu, kini sepi dan cukup gelap. Bahkan cahaya bulan tampak terang di balik hitamnya langit. Bima menyetir dengan kecepatan hanya di bawah 60 km/jam. Dia tak memiliki urusan rumit lagi sampai minggu depan untuk pengumuman resmi keputusan.


Saat mulai memasuki jalanan penuh dengan pohon-pohon lebat dan rapat, angin semakin kencang. Bima merapatkan jaket yang Dia kenakan dan menutup kaca mobilnya rapat. Saat melirik ke sebuah kaca sepion, terlihat lampu-lampu terang yang berjalan menelusuri jalanan. Beberapa mobil terlihat menyusul gerakan mobil Bima dari kejauhan.


Namun, mobil yang berada di belakang mobilnya yang berjumlah lebih dari 7 mobil, semakin mengejar dari belakang dan menerjang kasar. Bima meminggirkan arah mobilnya, agar tidak mengganggu jalur laju mobil-mobil di belakangnya yang mungkin berniat menyalip. Sayangnya bukan itu yang terjadi.


Brak ... Brak ... Brak.


Beberapa mobil kini menghimpit mobil Bima dengan kasar dan menjepitnya dari sisi ke sisi. Bima tidak dapat keluar dari jalur tengah dan di himpit dua mobil. Dari arah belakang, 3 mobil berjejer beriringan dan sebuah suara keras terdengar.


Dor ... Dor ... Dor.


Sebanyak 3 kali suara senapan terdengar dan peluru-peluru senapan itu membidik ke arah mobil yang di kendarai Bima. Sebuah penyerangan terjadi tanpa diduga. Bima berusaha untuk mencoba melepaskan diri dari himpitan. 


"SIAPA KALIAN?! MAU APA KALIAN?!."


Bima berteriak keras dan menatap mobil-mobil yang menyerangnya. Semakin lama, semakin sulit baginya mengendalikan jalur arah mobil dirinya sendiri. Dia dipaksa di arahkan ke tepian Hutan oleh kedua mobil yang menghimpitnya. 


Dor!.


Sebuah peluru tunggal menembak bagian bahunya hingga mengeluarkan darah. Bima berusaha untuk mencoba melawan, sayangnya Dia tengah melawan orang-orang dengan jumlah yang banyak. Ketika Bima melirik ke arah belakang mobil, terlihat seseorang tengah berdiri di atas mobil di belakangnya dan menenteng sebuah alat tembakan besar. Itu di arahkan tepat menuju ke mobilnya yang di himpit di tengah-tengah.


Duarr!.


Tembakan besar selongsong tembakan besar itu tepat mengenai belakang mobil Bima. Mobilnya terpental jauh dan berguling ke samping dari hutan yang lebat. Mobil terus saja berguling, Bima berusaha untuk keluar dengan keras. Naas, saat pintu mobilnya di buka. Tepat di depan matanya adalah jurang gelap yang dalam. Dia dengan mobilnya yang hancur masuk ke kedalaman jurang yang tak terlihat dasarnya.


Lihat selengkapnya