"Senang berkenalan dengan Anda, Saya Bima Warta. Terima kasih telah menolong Saya pak," ujar Bima dengan tatapan lurus kepada Pria dengan wajah bertopeng dan penampilan nyentrik yang bernama Palakka.
Tidak ada respon atas perkataan Bima. Namun, Palakka, pria itu menganggukan kepalanya kepada Bima. Palakka juga memberikan salamnya kepada Bima. Entah kenapa, meskipun Palakka menggunakan topeng di wajahnya, seolah-olah Bima dapat melihat sorot tatapan dari wajah Palakka.
Palakka, pria yang di sebut guru oleh Lastika kini mengadahkan lengannya di udara kosong, hingga sesuatu tak terduga terjadi. Gelas berisikan Jamu di atas meja di dekat pintu masuk, kini melayang perlahan. Seperti sebuah adegan sulap tengah di pertontonkan, Bima tampak takjub sekaligus kaget melihatnya.
"Minumlah, itu akan membuatmu lebih baik," ujar Lastika.
Di samping itu, Palakka mentodorkan segelas Jamu dengan aroma menyengat. Bima hanya bisa menerima gelas tersebut dan berusaha untuk meminumnya, meskipun aroma jamu-jamuan itu sangatlah menyengat.
"Ekh!."
Bima mengerang, rasa pahit yang teramat pahit itu menyerang Indra pengecapnya secara kasar. Lidahnya terasa kaku sesaat setelah meminum segelas jamu. Meskipun mengerang dan wajahnya berubah berkerut, Bima tampak berusaha untuk tetap bersikap santai. Dia mungkin adalah seorang Dokter, tapi tetap saja untuk merasakan rasa obat yang pahit Dia membencinya.
"Terima kasih, HiK!," ujar Bima singkat, namun tiba-tiba Dia mulai cegukan setelah minum jamu.
"Oh, yak ampun. Kamu sungguh payah," ujar Lastika mengejek Bima.
Lastika hendak mengambilkan segelas air kepada Bima, sayangnya Dia kalah cepat dibandingkan dengan Palakka sang Guru yang kembali menampilkan aksi layaknya sulap instan di hadapan Bima.
"HIK! HIK!," cegukan Bima semakin keras. Dia bahkan mencoba menepuk dadanya, agar bisa berhenti mempermalukan dirinya sendiri.
Palakka menepuk punggung Bima dan mengusapnya pelan, cegukan itu perlahan berhenti. Lalu Palakka memberikan gelas berisi air dari Kendi yang tadi Dia terbangkan seperti sulap. Setiap kali Bima menoleh ke arah Palakka. Entah apa yang Dia rasakan, sangat sulit di jelaskan. Rasa takut namun nyaman datang bersamaan ketika Dia mencoba melirik ke arahnya.