Di sebuah kantor Detektif swasta tampak lengang. Namun, setumpuk kertas menggunung di atas Meja. Seorang Pria yang tengah duduk di tempat kertas menggunung itu, kini melirik ke arah salah satu Pemuda yang tengang menata pot bunga.
"Dandi, Kamu dapat bunga itu dari mana setiap hari?," tanya Pria yang duduk di Meja penuh kertas yang kini memandangi pemuda di hadapannya.
"Bos, semua bunga ini di dapat dari cewek-cewek cantik yang naksir sama Bos. Lihat, ini ada tulisan. Buat sayangku Juan," begitu jawab Dandi yang tengah cengengesan memperlihatkan kartu pesan di buket bunga pagi itu.
"Kamu ini asisten di sini. Kerjaanmu bukan ngurusin bunga seperti itu, nih. Kamu harus baca beberapa permintaan," ujar Pria yang duduk di Meja penuh kertas yang bernama Juan. Dia menyodorkan sebuah Map tepat di hadapan Dandi, yang merupakan pemuda yang menjadi Asistennya.
"Kamu kelihatannya pusing, emangnya dapat kasus apaan sih sampai kayak gitu? Detektif jagoan tumben ngeluh terus," ujar Dandi dan menerima Map yang diberikan oleh Juan.
"Bukan kasus biasa, ini permintaan dari Dokter kaya raya yang menghilang sudah 3 bulan yang lalu itu. Aku penasaran, apa bisa kita tangani kasusnya atau tidak, hampir kebanyakan Detektif tidak mau menerima permintaannya. Itu aneh," ujar Juan yang kini bertopang dagu.
"Yang minta kerjain kasusnya kan gak ada, terus emang ada harapan kalo Dokter tajir melintir itu masih bisa kembali hidup-hidup? Aku udah denger tuh, kalau ini pasti menyangkut hal besar, soalnya Detektif manapun udah nolak pengajuan kasus," ujar Dandi santai. Dia sudah mengantongi banyak informasi dan gosip panas di antara para pekerja penanganan kasus kriminal. Dia curiga urusannya pastilah menyangkut uang juga.
"Justru, kalau sampai Dokter Bima kembali. Ada kesempatan buat Kita terima kasusnya Dia," ujar Juan tegas kepada Dandi.
Dandi yang mendengarnya kaget dan bergidik. Dia memang sudah mengenal baik Juan, tapi setiap pemikirannya yang berani memang terlihat tidak masuk akal buatnya.
"Bos, Kamu nekat kayak biasanya. Tapi, jangan sampai taruhan nyawa juga dong," ujar Dandi yang kini geleng-geleng kepala.