Dari kejauhan terlihat sebuah gubuk sederhana dan terlihat mobil putih milik Bima terparkir di sana. Bima terbelalak ketika semakin dekat dengan mobilnya. Tak ada kerusakan berarti dari mobilnya, selain 1 sepion kaca yang hilang. Itu cukup mencengangkan.
"Apa ini benar-benar mobilku?," ujar Bima sangat kaget dan heran.
Bagaimana bisa, Dia yang jatuh bersama mobil yang jatuh membentur dinding batu. Bisa terlihat mulus tanpa kerusakan berarti. Dari apa yang Dia lihat, kesaktian palaka sungguh luar biasa di luar nalar.
"Lihat saja plat nomor mobilmu. Tidak ada hal sulit untuk Guru Palaka yang hebat," ujar Lastika bangga.
Bima perlahan turun dari Becak dengan hati-hati. Dia masih memiliki luka yang masih harus mendapat perawatan. Tulang patahnya telah membaik. Setiap hari selama seminggu sudah Dia lewati dengan meminum jamu buatan Palakka.
Dia akan kembali ke Jakarta segera, Dia tidak bisa membiarkan waktu seminggunya tanpa kabar terus berlanjut. Dia memikirkan putrinya Nanda yang bersama Angga temannya. Mereka pasti sangat khawatir dengannya.
Lastika memang memiliki Dawai, Dia bisa saja menghubungi keluarganya. Sayangnya sinyal telepon di Desa ini sangat sulit di jangkau. Jika ingin menelepon atau melakukan kontak, maka harus menuju jalan keluar Desa. Hanya di sana sinyal telepon dapat di tangkap dengan sedikit lebih baik.
Bima berjalan dan membuka pintu mobil menggunakan kunci mobil yang di berikan Lastika sebelumnya. Semua barang bawaan Bima berada dalam koper yang di bawa oleh Lastika.
Ketika Bima mencoba menyalakan mobilnya, benar-benar tanpa masalah. Mobilnya menyala dengan benar, semua fungsi mobil normal. Bahkan, bahan bakarnya masih sama terakhir kali di ingat oleh Bima saat terjadi penyerangan.
"Saya benar-benar bisa pulang. Terima kasih telah menolong Saya," ujar Bima pada keduanya. Dia juga akan kembali dengan membawa Guru Palakka sebagai orang yang akan membantu masalahnya hingga tuntas.
Palakka yang tadinya hanya duduk di dalam Becak, kini beranjak turun dan berdiri menghadap Bima. Sebuah anggukan ringan terlihat dari Palakka, sebagai tanda Dia menerima rasa terima kasih dari Bima.
"Besok, Kamu sudah bisa kembali ke jakarta dan bersama dengan Guru Palakka. Guru, jangan lupa membawa buah tangan dari Jakarta. Misalnya saja satu panci penggorengan anti lengket," ujar Lastika kepada Bima dan Palakka.
"Kenapa Kamu meminta panci untuk oleh-oleh?," tanya Bima heran. Dia tak menyangka permintaan dari Lastika, hanyalah sebuah panci penggorengan.