Shaman Palakka

Raxl Sri
Chapter #14

Genangan Malam #14

Sebuah isyarat yang sangat jarang dilakukan Palakka kini dilihat oleh Bima. Dia sekarang tengah berada di jalan menuju kantornya di Pusat Kota. Tiba-tiba Palakka mengetuk kaca mobil dengan jari telunjuknya beberapa kali. Sontak Bima meminggirkan Mobilnya untuk berhenti sejenak.

"Guru, ada apa?" tanya Bima singkat.

Dia melirik lurus ke Palakka yang tengah duduk bersandar sendirian di bagian kursi belakang. Sedangkan Nanda telah menggantikannya di Kursi sebelah Bima. Yang dilihat oleh Bima ketika menatap lurus ke arah Topeng di wajah Palakka adalah sebuah telunjuk yang menyuruhnya untuk menurunkannya dan membuat Bima memutar balik Mobilnya.

"Tapi maaf, hari ini Saya benar-benar harus pergi ke Kantor. Ada sesuatu yang penting yang perlu Saya lakukan," ujar Bima kepada Palakka. Dia memohon untuk memaklumi tindakannya hari itu.

"Papa harus ke tempat kerja yak?" tanya Nanda kemudian.

"Iya sayang. Kalau tidak hari ini, nanti sulit buat ketemu lagi sama Kakek Wicaksono," ujar Bima kepada Nanda.

Dia menjelaskan bahwa hari itu adalah kesempatannya bertemu dengan Adik Ayahnya Wicaksono yang memiliki tanggung jawab mengurus Perusahaan sementara hingga hari ini. Niat Bima adalah menanyakan hal lebih kepada Pamannya tersebut tentang masalah Perusahaan. Bima tahu bahwa Pamannya tersebut sangatlah sibuk, hingga sangat sulit untuk mendapatkan waktu hanya untuk bertatap muka. Terlebih lagi, Bima merasa tidak ingin terus merepotkannnya terlalu banyak.

Bima menatap lurus kembali ke arah Palakka dengan raut wajah menyesal dan memohon maaf kepadanya. Yang terlihat dari bagaimana Palakka memberikan Isyarat Dia memaklumi Bima dengan melambaikan tangannya pelan, dan mengangukan kepalanya pelan. Setelah melihat yang menjadi jawaban Palakka, dengan senyuman tipis Bima kembali mengemudikan Mobilnya.

Perlu waktu 25 menit menuju Kantor Perusahaan. Bima melajukan kendaraannya dengan santai, memilih jalur jalan yang tanpa hambatan. Jalanan di hari itu semakin lengang hingga mulai malam, semakin sedikit kendaraan yang melintas. Hingga saat menuju jalanan yang memiliki beberapa terowongan, terlihat bebrapa kendaraan akhirnya menjadi teman seperjalanan. Malam itu dirasakan tidak terlalu sepi dan Bima memacu mobilnya dengan tenang dan santai.

Hingga terowongan terakhir yang merupakan ujung jalan lain yang akan di lewati, di sana mulai ada sesuatu yang terjadi. sebuah Mobil menyusul dengan kencang di belakang Mobil Bima dan beberapa Mobil lainnya yang terhitung lebih dari 6 unit menyusul beriringan. Beberapa Mobil tersebut terlihat terus mengikuti Mobil milik Bima bahkan hingga menuju jalanan di sebuah Gang.

Mobil-mobil tersebut sontak dengan sigap memojokan Mobil Bima ke tempat yang benar-benar sunyi. Mobil milik Bima terpojok dan harus berhenti tepat di sebuah Gang sempit yang begitu sepi. Sedangkan Mobil yang memojokannya juga akhirnya ikut berhenti di sana. Beberapa orang turun dengan membawa banyak senjata tajam. Mereka semua begitu siap untuk melakukan penyerangan layaknya terakhir kali Bima harus menghilang di tengah jalanan dengan tepian Hutan rimbun.

Salah seorang dari Mereka yang membawa benda tajam di setiap tangan Mereka, kini menghampiri Mobil milik Bima. Pria berbadan kekar membawa sebilah kampak di tangannya dan mengayunkannya tepat ke arah kaca Mobil.

Lihat selengkapnya