Shaman Palakka

Raxl Sri
Chapter #19

Sore Penuh Darah #19

Kring kring.


Bunyi dari telepon genggam milik Bima terdengar nyaring dan bergetar di atas meja. Dengan sigap Bima meraih teleponnya dan menerima panggilan dengan nama Juan. 


"Yak, Hallo? Ah, ada apa pak Juan? Begitu, baiklah. Saya akan segera ke sana," begitu yang dikatakan oleh Bima yang telah berbicara dengan lawan bicara di telepon. 


Nanda yang masih di meja makan ruang tengah hanya bisa melihat ayahnya tengah berbicara. Dia terus melihat ke seliling semenjak Palakka pergi entah kemana.


"Anda ingin melakukan pertemuan di mana? Oh, baiklah. Tolong tunggu sekitar setengah jam lagi. Baik, terima kasih," begitu yang dikatakan oleh Bima sebelum menutup telepon. 


"Siapa yang telepon pah?" tanya Nnda kepada Bima dengan tatapan lurus.


"Om Juan. Katanya hari ini mau ketemu sama Ayah di tempat kemarin makan sama paman Palakka," begitu yang dikatakan oleh Bima dan menghampiri Nanda.


"Nanda ikut yak pah," ujar Nanda kepada Bima.


"Yak, tapi sebelum itu sarapannya kamu habiskan yak. Papah mau siapin sesuatu dulu yang mau di bawa," ujar Bima kepada Nanda dan mengelus kepala putrinya itu lembut. 


"Siap. Tapi Nanda mau roti coklatnya Bang Asep itu sambil lewat ke sana yak Pah, boleh?" ujar Nanda yang meminta di belikan sepotong roti yang menjadi langganannya. 


"Boleh kok," ujar Bima singkat kepada Nanda dan pergi menuju kamarnya. 


Nanda menatap ke arah Bima yang pergi menuju kamarnya. Namun tatapannya terlihat sedih meskipun ada sepiring nasi goreng favoritnya.


"Aku mau ngasih roti coklatnya juga satu buat Paman Palakka nanti," ujar Nanda lalu tersenyum sambil menyuap nasi gorengnya.


*** 


Matahari semakin turun, sore itu mulai menjelang malam. Di kantor Dektektif Swasta milik Juan, hanya ada Dandi yang mondar-mandir sambil memegang sapu. 


"Si Boss kemana sih, kok jam segini belum balik?" begitu yang dikeluhkan oleh Dandi. 


Dia tengah menunggu juan yang katanya mungkin kembali ke kantor sore itu. Namun belum juga ada kabar Juan akan kembali ke kantor. 


Dandi tidak bisa pulang begitu saja jika Juan mungkin saja kembali ke kantor, bagaimanapun kunci kantor yang pegang cuma Dandi seorang. 


"Apa di telepon aja yak? Siapa tahu si Boss gak ngelembur," begitu yang di katakan oleh Dandi dan melangkah menuju gagang telepon kantor. Namun baru saja akan menekan tombol sudah ada suara pintu depan dibuka.


Klak, bam.


Terlihat dari kejauhan Juan sudah kembali dan menatap lurus ke arah Dandi. Pemandangan hal itu membuat Dandi menaruh telepon kantor kembali sambil menggerutu.

Lihat selengkapnya