Bima tengah memeriksa beberapa berkas titipan dari Dektektif Juan kepadanya, ketika memohon untuk bertemu siang kemarin.
Beberapa jadwal yang dirasa janggal beserta beberapa data biaya yang entah digunakan untuk apa. Serta beberapa barang dari perusahaan obat milik Ayah Bima yang di anggap sangat sulit di buat dinyatakan sebagai arsip.
Selama seharian Bima berada di rumah dan tidak pergi keluar rumah sekalipun. Hal tersebut karena Bima juga menunggu Palakka kembali.
Meskipun, bisa saja Palakka memasuki rumahnya dengan mudah menembus pintu layaknya sulap atau tiba-tiba muncul di dalam rumah tidaklah aneh. Karena sejatinya Palakka dalam pikiran Bima adalah seseorang yang begitu sakti.
Namun, dengan ketidakpastian kapan Palakka akan kembali membuat Bima sedikit cemas. Terutama ia tidak tahu pasti siapakah musuh dan apakah ganguan ketika hujan itu adalah yang terakhir? Tentunya Bima memikirkannya.
Hari semakin petang, matahari akan segera mencapai titik terendah. Hal itu menandakan bahwa sebentar lagi malam akan tiba. Tidak terasa, sejak siang hingga sore Bima hanya duduk dan membaca setiap berkas yang di berikan oleh Juan.
Sejak siang hari, tidak terlihat bahwa Nanda putrinya keluar dari kamar. Sudah berapa lama Bima tak menyadari hal itu. Dengan wajah penuh cemas, ia pergi melangkah menuju kamar sang Putri kesayangannya itu.
Baru sampai di depan pintu, terdengar bahwa putrinya itu tengah mengobrol sendirian dan tertawa riang. Itu biasanya wajar ketika Nanda bermain rumah-rumahan, namun aneh rasanya jika terdengar seperti sesuatu suara layaknya ada seseorang dalam kamar.
Mengingat malam dengan kejadian menakutkan itu dan dengan perasaan tidak bisa menebak, akhirnya Bima dengan sigap membuka pintu kamar Nanda dengan cepat.
BRAKK!
"SAYANG! KAMU SAMA SIAPA?" suara setengah teriak Bima terdengar cukup keras, dan membuat Nanda langsung menoleh.
"Pa,.. Papah?" ujar Nanda kaget.
Lalu ketika Bima menoleh ke arah seberang meja dari depan putrinya itu dan membuatnya terbelalak.
"AAAAAARRGGHHH!" setengah teriakan Bima yang kaget.
Ketika Bima berteriak kaget, dengan sigap putrinya menghampirinya dan menepuk tangannya pelan.
"Papah ngagetin aja! Nanda kan jadi takut. Kenapa gak ketuk pintu dulu?" gerutu Nanda kepada Ayahnya.
Rasa kaget itu perlahan mulai reda. Hal yang membuat Bima kaget adalah ia tengah melihat sosok tinggi berambut pirang keriting dengan wajah menggunakan topeng, sedang pura-pura minum dari cangkir mainan milik Nanda. Itu adalah Palakka yang sudah bersama dengan Nanda di kamarnya entah sejak kapan.
Palakka dengan santai duduk berhadapan dengan Nanda, mengenakan rambut boneka pirang keriting, bahkan mengenakan sayap peri. Dengan santai memegang cangkir mainan dan bergerak selayaknya seseorang tengah minum teh.