Shan and Ri

Nisa Nuraeni
Chapter #3

Bagian 3

Shani POV

Aku meminta Fazri untuk mengantarku ke kantor konveksi, tidak pulang ke rumah. Aku tidak ingin terlarut dalam masalah yang membuatku bingung untuk mencari jalan keluar, yang ternyata rumit jika aku tidak berusaha untuk membicarakannya dengan Fazri.

Aku memang keras kepala dan egois, aku tidak mau orang lain tahu tentangku dan segala persoalan hidupku.

Mama adalah orang yang tidak ingin aku temui saat ini, dia adalah tokoh yang membuat masalah di cerita ini. Bagaimana bisa aku harus memilih dua orang yang sangat aku cintai. Waktunya terlalu cepat jika aku memutuskan semuanya.

Oh, semesta ini tidak adil bagiku, semula kebahagiaanku sederhana, tapi nyatanya tidak. Bahkan menurutku ini terlalu rumit.

"Shan, kamu ngelamunin apa?"

"E..engga, Ri."

Dia mengambil tanganku dan menggengamnya. "Mata kamu engga bisa bohong, Shan. Kamu payah kalo bohong."

"Emang keliatan banget ya?"

"Iya. Ya udah, kamu mau cerita?"

Aku menggeleng.

Kenapa ia hanya tersenyum, kenapa tidak berusaha untuk membujuku untuk cerita. Ayolah, Ri, masa kamu engga bisa menebak apa yang sedang aku pikirkan.

"Yakin engga mau pulang ke rumah?"

"Yakin! Lagian pulang bukan menjadi pilihan terbaik, untuk keadaan hatiku saat ini."

"Ada masalah sama mama kamu?"

Aku menengadah, berusaha memfokuskan pandanganku ke atas, tanpa menoleh ke arahnya.

"Sedikit."

Tidak ada obrolan panjang lagi saat itu, sepertinya Fazri ingin fokus menyetir. Keheningan yang membuatku bingung untuk memulai obrolan lagi dengannya.

sSs

Di depan kantor, aku langsung menghampiri Hana yang sibuk merekap data pesananan minggu ini yang cukup padat. Fazri mengekoriku dari belakang, dengan membawa sisa kue tadi.

"Eh, main slonong aja, engga ada niatan buat nyapa gue gitu."

"Hehehe, maaf gue liat lo lagi sibuk banget, Na." menggaruk tengkuk yang tidak gatal.

"Proposal kerjasama kita di terima sama perusahaan PT Cakra Nusa Elektronik." jelasnya yang masih berkutat dengan komputernya.

Aku terkejeut mendengar kabar gembira ini, setidaknya perusahaan yang dulu aku impikan untuk bekerja, akhirnya mau menerima ajakan kerja sama ini, walau aku menawarkan untuk pembuatan baju karyawan.

"Serius lo? Jangan bercanda, nanti gue keberu seneng."

"Serius, Shan. Masa gue bohong, kalau engga percaya tanyain bu Sri aja besok."

"Percaya gue sama lo, Han. Eh, btw hari ini pada lembur engga?"

Hana menganggukan kepala. "Kayaknya masing-masing stok kain di gudang kurang dari 100 roll lagi, Shan, Bilangin divisi purcashing suruh belanja gitu, kerjaanya nyantai amat."

Lihat selengkapnya