Shana menatap ke arah luar jendela dengan tatapan kosong. Hari ini ia terlihat tak bersemangat, apalagi setelah jam istirahat ini akan ada pelajaran Matematika yang menurutnya paling sulit sedunia. Ugh! Andai saja bisa kabur dari pelajaran berhitung tersebut, tapi apa daya kalau berani kabur, nilai yang sudah jelek akan lebih jelek lagi. Shana menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Seandainya saja ada keajaiban yang membuat pelajaran itu menjadi sesuatu yang menyenangkan.
“Cing, ke kantin, yuk!” Tiba-tiba terdengar suara dari belakangnya, senyuman sok manis khas Devan sudah menanti saat Shana menoleh.
“Males, ah,” tolaknya dan kembali menghadap ke jendela.
“Ayolah ...,” rayu Devan, kali ini duduk tepat di belakangnya. Tangan cowok itu mulai merayap ke bahu Shana, dengan pelan ia memijit bahu cewek imut itu.
“Da ...,” suara Shana terputus saat ia menoleh ke arah Devan dan melihat Ichy lagi menatapnya dengan tatapan mata tajam penuh kemarahan dari pojok ruangan. Melihat hal itu, Shana malah terpikir untuk memanasinya. Mumpung Devan lagi manja tidak jelas, kan jarang-jarang dapat momen begini, disamperin ke kelas hanya untuk ngajakin ke kantin. Biasanya juga ngajakin via chat, malah kadang ketemunya di kantin. Siapa suruh Ichy menjahatiku, sekarang rasain gimana rasanya ditusuk-tusuk. Aha, Shana merasa jadi orang paling jahat sedunia, tapi masa bodoh lah, Ichy juga begitu. “Baiklah, kalau memaksa. Walaupun aku lagi nggak mood buat makan, tapi aku bersedia buat nemenin kamu,” ucapnya dengan nada manja sambil menggamit lengan Devan. Devan melirik Shana dengan lirikan yang sulit diartikan, lebih tepatnya ia rada kaget dengan sikap Shana yang sok manja tidak seperti biasanya yang sering mencak-mencak tidak jelas.
Ni orang pasti salah makan. Kok, mendadak aneh gini, batin Devan curiga.
“Kok, malah bengong, sih? Katanya tadi mau ke kantin,” tegur Shana karena melihat Devan yang tak kunjung beranjak dari tempat duduknya.
“Oh, iya, ya ....” Devan menepuk jidatnya dan beranjak dari tempat duduknya diikuti Shana yang terus menggamit lengannya. Melihat hal itu, karuan saja hati Ichy jadi semakin panas apalagi saat dengan sengaja Shana menoleh ke arahnya sambil menjulurkan lidah. Iyesss!!! Shana bersorak dalam hati mendapati ekspresi kesal Ichy.
“Eh, cing, tadi pagi nggak BAB, ya? Kok, jadi lebay gini,” tegur Devan saat mereka sudah berada di luar kelas. Sontak saja Shana melepas tangannya yang masih menggamit lengan Devan.
“Iya, tadi pagi kebanyakan makan, makanya sekarang jadi sakit perut begini,” jawab Shana asal.
“Kamu sakit?” Devan langsung khawatir mendengar jawaban Shana.
“Mmmmmmmmm ... nggak, kok.” Shana mendadak jadi salah tingkah dengan perhatian Devan. Padahal, ini bukan perhatian yang kali pertamanya Devan lakukan terhadap dirinya. Namun, entah kenapa setiap kali Devan begitu perhatian, Shana jadi merasa senang. Jangan-jangan ia beneran suka sama cowok ganteng yang jadi idola Ichy itu. Oh no!!!