"AKU DITERIMA," teriak Ihsan dengan bangga pada kedua orang tuanya. Segera setelah itu pelukan hangat dari seorang ibu menghampiri Ihsan, ayah Ihsan tersenyum bangga anak mereka akan belajar di kadewaguruan terbaik di seluruh negeri, setelah itu Ihsan langsung pergi berpamitan ingin menanyakan nasib temannya, "cak Alim kamu keterima juga kan," tanya Ihsan dengan riang, "tentu saja broku kan skorku emang lebih besar darimu," balas Alim dengan penuh percaya diri, kemudian keduanya duduk diatas bukit mengingat mimpi mereka dulu mereka memang ingin berangkat ke Mataram meski tak ada satupun orang di Tirtawangi yang ingin kesana karena mereka berfikir itu berbahaya dan lebih baik untuk belajar ilmu kedewataan di rumah meski memang tak sekuat orang-orang pembelajar di Mataram, tapi mereka tak peduli dan mereka berdua tetap mendaftarkan diri mereka juga mengingat perkataan ayah Ihsan yang bernama Ikal bahwa setiap tahun kadewaguruan Mataram akan menerima sepuluh pendaftar terbaik dari masing-masing kota, meski ada beberapa yang mengatakan hal ini berbahaya, Khan ayah dari Alim meyakinkan bahwa Yudi adiknya juga pernah belajar di kadewaguruan Mataram dan dia juga sudah lulus dan sekarang berkarir di negeri Ashoka, Khan sendiri yang akan mengantar kedua anak ini ke Mataram, dia juga sedang ada paket yang harus dia hantar ke Mataram.
Semakin dekat ke hari keberangkatan orang-orang mulai menyelamati dan membicarakan keadaan kota yang keras kota Tirtawangi selama ini memang kota yang cukup tenang tak banyak binatang buas seperti di kota lain meski Ikal dan Khan berusaha keras agar kabar negatif tentang bahaya kota ini tidak sampai kepada keluarga mereka perbincangan pagi ibu ibu tetap membocorkan desas-desus itu, kabar ini juga terdengar ditelinga ibu Ihsan yang bernama Nita, karena hal itu Ikal berusaha menenangkan hati Nita dan meyakinkan bahwa anaknya akan jadi lebih baik disana, malam hari itu ada ronda malam Ikal dan Khan kebetulan sedang jaga bersama sekumpulan bapak-bapak. Situasi saat itu memang ada beberapa makhluk aneh yang harus mereka jatuhkan, setelah menjatuhkan seekor lembu besar orang-orang mulai membiarkan tentang ancaman di kota Mataram yang jauh lebih besar dan berbahaya, Ikal berbekal sebilah pedang mulai memahami keadaan dia masih sangat mempercayai anaknya dan hanya mengiyakan orang lain sembari menguliti lembu itu untuk santapan bersama, Khan disisi lain karena sering bepergian terlibat adu mulut dengan warga lain, meski dia tau bahwa banyak monster yang lebih kuat dari lembu besar yang mereka jatuhkan dengan susah payah, dia juga percaya kalau anaknya bisa menghadapi itu dia juga bilang bahwa prajasena disana jauh lebih banyak dan lebih kuat dari para prajasena Tirtawangi yang notabene orang-orang Pribumi yang memang lebih santai, Ikal hanya bisa menenangkan temannya itu dan meminta mereka fokus dengan daging lembu itu daripada berargumen tidak penting, ya begitulah keseharian warga Tirtawangi. Keesokan harinya mereka menggelar perayaan untuk keberangkatan Ihsan dan Alim, Tin dan Nita menyiapkan makanan ya mereka dan para tetangga sibuk dengan dapur dan sedikit kerepotan karena lembu besar yang didapat semalam, Nita mengucap syukur karena malam itu mereka mendapat rezeki hewan buruan bukan cuma binatang aneh yang tak sedap, sementara Tin sibuk menyiapkan bekal kedua anak kecil yang akan berangkat ke Mataram ini ya mereka tidak ikut menuju Mataram dan hanya Khan ditemani Ikal yang akan berangkat mengantar kedua anak itu ke kadewaguruan Mataram.
Malam setelah pesta Khan menghidupkan Vimananya ya meski bukan Vimana mewah ini masih lebih dari cukup untuk berangkat ke Mataram dia pun sudah membawa beberapa paket yang akan dia antarkan Ikal duduk didepan menemani Khan sementara Ihsan dan Alim duduk dibelakang ruang yang cukup luas untuk dua anak kecil dan berbagai macam hasil bumi, tak lama Vimana itu mengudara disertai goncangan yang cukup hebat terjadi dan mereka melesat menuju Mataram, terlihat pegunungan, lautan dan awan disusul dengan pemandangan bintang-bintang dilangit ingin pamer Khan terbang melintasi sebuah bintang dengan jarak cukup dekat, vimana itu jadi sedikit hangat karenanya, tak lama mereka meninggalkan Tirtawangi, segera dia lalui kota demi kota kadangkala Khan berhenti sejenak hanya untuk melepas lelah dan merokok, mereka juga memakan bekal dendeng yang dibuat dari lembu buruan hari itu, kemudian mereka berangkat lagi menuju kota Mataram, hal ini terjadi beberapa kali sebelum Khan memberitahu pada anak-anak dan Ikal bahwa mereka sampai di Mataram.
Kedua anak itu dengan jelas melihat gerbang kota Mataram yang sangat besar mereka datang untuk pengecekan oleh dua orang penjaga yang terlihat sangat serius, mereka memasuki kota dengan penuh semangat sementara Khan mengantar paket ke stasiun besar kota Mataram dibantu oleh Ikal yang merasa berterimakasih atas bantuan tetangganya itu. Ihsan dan Alim berkeliling melihat-lihat suasana kota yang sangat berbeda dari Tirtawangi yang mereka kenal kencana bermotor terlihat berlalu lalang Vimana beterbangan dimana-mana lalu seorang anak keluar dari stasiun dia segera menyapa Ihsan dan Alim, "hai namaku Yusuf aku baru diterima di kadewaguruan Mataram salam kenal," sapa anak itu dengan penuh keyakinan bahwa Ihsan dan Alim juga akan belajar di kadewaguruan yang sama Ihsan membalasnya dengan riang dan menjelaskan bahwa mereka juga akan ketempat yang sama, Alim juga turut menimpali, mereka pun berkeliling melihat lihat keadaan setelah berpamitan pada orang tua mereka sembari menjelaskan bahwa mereka akan melihat-lihat kadewaguruan, tiga orang ini segera akrab hanya karena tau mereka akan belajar di kadewaguruan yang sama mereka bertiga berangkat menuju kadewaguruan untuk melihat lihat sembari berbincang sepanjang jalan tentang mimpi mereka, tiga anak polos yang ingin mengubah dunia jadi lebih baik.