Setelah saling mengenal Ihsan, Alim dan Yusuf berjalan menyusuri wilayah Mataram. Mereka berniat mencari makan selagi menunggu upacara penerimaan. Mereka tertarik ke sebuah tempat untuk makan. Mereka akhirnya makan semangkuk mie ayam hangat di pinggir kota dengan cuaca pegunungan yang cukup dingin. Setelah makan mereka mencoba menelusuri hutan. Mereka sudah menyiapkan suar dan menyewa zirah untuk memasuki hutan.
Disini bakat terpendam Yusuf mulai terlihat dalam pengembaraan. Dia bisa menyusun beberapa peralatan sederhana untuk memancing dan berkemah, mereka berencana untuk berkemah hari itu. Tak lupa mereka menuliskan surat kabar pada orang tua mereka agar tidak khawatir. Mereka berencana untuk bermalam di bumi perkemahan saat itu. Mereka pun memutuskan untuk mencari bahan makanan. Saat itu Yusuf akan memancing sambil menjaga tenda, Alim mencari jamur ditengah hutan sementara Ihsan mencari buah-buahan. Ihsan menyusuri hutan mencari buah. Dia mencari tahu buah apa kira-kira yang cocok untuk makan. Entah apa yang ada di pikirannya dia malah mencari durian. Ya ... dia pikir itu enak untuk dimakan dengan daging. Toh dia suka durian. Keputusan ini membuatnya mencari durian di tengah hutan sambil menengok kiri kanan, berhati-hati kalau ada bahaya.
Pencarian Ihsan tidak berbuah manis ternyata. Tidak ada pohon durian yang ditanam di bumi perkemahan. Ihsan menengok kompasnya dan berjalan pulang mengantongi beberapa buah Belimbing , jeruk, dan pepaya. Setelah bertanya pada pengawas hutan perkemahan, hutan yang luas ini adalah hutan perkemahan yang sering dipakai untuk berlibur para siswa kadewaguruan Mataram. Hutan ini masih berada di wilayah kadewaguruan dan berguna sebagai pelindung serta pagar alami dari pemukiman penduduk mengingat kegiatan belajar mengajar yang perlu dilakukan dengan suasana yang mendukung pembelajaran. Disini juga banyak binatang buruan untuk dijadikan bahan makanan, kolam pancing, tanaman berbuah, sayur, dan jamur jamuran yang bisa dimakan meskipun mereka harus tetap berhati-hati agar tidak mengambil jamur beracun atau menghadapi binatang buruan yang salah.
Ihsan kembali ke tempatnya berkemah, membagikan buah yang ia dapat, meski sedikit cemberut karena tidak dapat durian. Tak menunggu lama mereka menyalakan api dan mulai membuat ikan bakar. Mereka fokus dengan ikan yang ada di depan mereka agar tidak gosong. Alim memasukkan beberapa jamur dan sayuran ke panci untuk bahan rebusan. Mereka saat itu mendengar suara beberapa hewan buruan yang dijatuhkan. Beberapa orang itu juga kadang melewati mereka. Alim kadang juga menyapa mereka dan berkenalan, sementara Yusuf sedang fokus dengan masakan, dan Ihsan yang mudah hilang fokus kembali mencari barang-barang tidak penting di sekitar tenda.
Sore hari itu mereka makan sampai kenyang, tak lupa memanjatkan do'a dan syuku. Mereka kemudian kembali melakukan kegiatan. Sementara Yusuf dan Alim berbincang disekitar tenda sambil saling menunjukkan kemampuan mereka.
Ihsan pergi ke tengah hutan untuk merenung dan melatih tubuh kecilnya. Sayangnya dia belum ahli dalam banyak hal dia memutuskan untuk berlatih sendiri karena merasa tidak nyaman gerakan-gerakan kecilnya dilihat banyak orang. Aalagi di sini tak ada kedua orang tuanya.
Matahari mulai terbenam hari itu Ihsan menyudahi latihannya.
Saat hari di bumi perkemahan mulai senja, Ihsan belum kunjung datang. Hal ini membuat Alim dan Yusuf kebingungan, sehingga mereka memutuskan untuk mencari.
"Ihsan, Ihsan ...," teriak Alim dan Yusuf mencari temannya dengan membawa beberapa senjata yang mereka sewa. Senjata tersebut cukup berguna untuk memberantas hewan kecil. Mereka menerobos hutan mencari temannya. Mereka tahu untuk menambah pengamanan jika ditengah hutan sampai mereka melihat garis pembatas hutan. Yusuf seketika menghentikan langkahnya dan langkah Alim. Dia paham tentang pembatas itu dan menerangkannya pada Alim bahwa pembatas ini hanya aktif saat matahari terbenam karena banyak binatang buas yang berkeliaran saat malam. Meski banyak penjaga yang bersiaga namun ada diantara binatang malam itu cukup kuat untuk menghabisi seorang seperti mereka dalam satu sergapan. Oleh karena itu tanda tersebut dibuat. Alim sadar penuh atas bahaya itu, tapi ia tetap ingin menerobosnya. Hal tersebut membuat mereka terlibat dalam adu argumen yang sengit.