"Ei Bangun," suara Steve memecah keheningan dipagi buta untuk membangunkan adik-adik tingkatnya itu ,segera anak-anak itu bangun dari tidurnya rutinitas pagi mereka dimulai, tak lupa mereka memberi kabar pada orang tua mereka, lalu menjalankan rutinitas pagi setelah selesai mereka ingin segera mencari barang-barang keperluan sayangnya Steve tidak bisa menemani karena ada keperluan mengurus musholla itu, dia juga ingin berlatih untuk mengembangkan beberapa jurus dan melatih beberapa binatang piaraanya di kandang yang berada di kampus Manasasagara dan belum bisa dia bawa pulang karena berbahaya untuk ladang warga saat belum sepenuhnya terlatih. Mereka pun mencari di area yang sudah ditunjukkan oleh Steve, mereka bertiga berterima kasih dan mulai berjalan mencari barang di toko.
Hari itu jalanan cukup ramai mereka memutuskan untuk naik transportasi umum, "jadi ini rasanya tinggal di perkotaan," ucap Yusuf ,dia sedari awal sudah sangat antusias untuk tinggal di Mataram hingga akhirnya mereka melihat bangunan layang berukuran besar itulah toko yang mereka cari, mereka memasuki toko dan langsung menuju ruang perabotan yang mereka perlukan, pertama mereka mencari karpet untuk alas tidur tanpa disangka beberapa benda disitu sudah ada yang bisa melayang dan ada yang dikendalikan dengan pikiran, ada juga yang bisa langsung merapikan secara otomatis setelah dipakai, namun karena tidak paham cara kerja dan kontrak awal yang dilakukan untuk mengontrol karpet-karpet aneh itu mereka memutuskan untuk menggunakan karpet biasa yang ini sedikit artistik dan kuno tapi mudah dirapikan dan dirawat, lalu mereka mencari alat pembersih, Yusuf memberikan saran untuk membeli beberapa kain lap saja karena sudah ada sapu dan pel di tempat mereka tinggal bergantian untuk membersihkan saja, tak lupa mereka mencari alat-alat untuk bebersih diri, gantungan baju dan meja belajar mereka dengan cepat mendapatkan alat mandi, gosok gigi dan gantungan baju saat mereka membeli meja belajar ada tanda yang membuat Ihsan tersenyum bahagia, Ihsan segera izin pergi sambil tersenyum kecil serta menitipkan sebagian uangnya pada Alim dan Yusuf untuk membeli meja lipat kecil.
Ihsan segera menyusuri lorong tak jauh dari situ ada pasar buah dia bertemu beberapa pedagang disitu mencari buah yang dia inginkan, dia membeli sesisir pisang dan beberapa buah manggis sebelum dia berjalan menghampiri pusat pasar buah itu, aroma yang disukai Ihsan memenuhi tempat itu, buah berwarna hijau dengan aroma yang unik dan kulit berduri itu adalah buah yang dia rindukan semenjak terakhir kali dia makan di Tirtawangi, buah durian, dia segera duduk memilih hari itu dia mulai tau beberapa macam buah durian ada yang besar, ada yang dagingnya berwarna merah, ada juga yang gundul Ihsan terpesona melihat berbagai macam buah durian mulai dari yang biasa sampai yang benar-benar asing dimatanya, Ihsan memilih dengan teliti sampai dia menemukan durian yang tak terlalu besar, tak terlalu kecil, durinya sedikit lebih tumpul, warnanya hijau kecoklatan, bentuk yang sangat dia kenal, ini durian yang sering dia makan di Tirtawangi dia mengambil dua buah segera buah berduri itu dibungkus pelepah pisang dan diikat siap untuk dibawa anak kecil itu segera membopong buah-buahan itu dan membawanya ke teman-temannya.
Barang sudah dikemasi dan dipaketkan Ihsan dan teman-temannya membawa sekeranjang buah dan masuk ke vimana mereka pulang menuju kediaman mereka, sembari pulang mereka membicarakan tentang benda-benda baru yang mereka lihat di toko, kemudian mereka turun dari vimana menyusuri gang dan lorong menuju tempat tinggal mereka, setelah membaca peta mereka menemukan jalan melewati kebun warga, namun karena bau yang menyengat membuat seekor anjing bangun dari tidurnya, Ihsan, Alim dan Yusuf yang sudah berlatih sejak dihari perkemahan mereka mencoba melawan anjing itu, Ihsan berkata kalau ukuran anjing ini tak terlalu besar dibandingkan kerbau di perkemahan jadi harga diri Yusuf dan Alim terpacu mereka tidak ingin reputasi mereka kalah oleh seorang wanita yang membantu Ihsan hari itu, namun tak banyak yang bisa mereka lakukan untuk mengusir anjing itu mereka berusaha sekuat tenaga, Ihsan yang sedari awal ingin lari karena tidak suka berurusan dengan masalah yang dianggapnya tak penting pun terpaksa ikut melawan karena tidak mau meninggalkan temannya, meski begitu mereka masih tak sanggup menghadapi anjing itu saat mereka kelelahan sang pemilik anjing itu datang dan menenangkan anjingnya dan meminta ketiga anak itu untuk meninggalkan anjingnya sambil meminta maaf, lalu mereka bertiga pun segera pulang, Steve sudah menunggu mereka bertiga, melihat adik-adiknya terlihat penuh luka dia segera bertanya apa yang sebenarnya terjadi, Alim menceritakan masalah yang mereka hadapi sepanjang jalan, Steve pun menyuruh mereka bertiga mandi, setelah mereka bertiga mandi mereka membasuhkan tanah guna membersihkan air liur anjing lalu setelah mereka rapi mereka mulai menata barang yang sudah sampai saat mereka mandi untung saja ada Steve yang menunggu diluar untuk menjaga barang mereka sambil berlatih, tak lama setelah itu malam tiba, setelah kegiatan selesai Ihsan membuka keranjang yang berisi buah tadi dan mengajak mereka untuk makan buah tadi sambil membelah durian Steve bertanya, "ada apa ini Ihsan kok tiba-tiba beli buah," tanya Steve dengan senyuman kecil di wajahnya lalu Ihsan pun menjawab, "aku suka dan aku sedang ada uang untuk beli buat bersama jadi ya apa salahnya,toh kemarin mas Steve juga kasih kami kopi padahal juga baru kenal," ucap Ihsan dengan riang yang membuat Yusuf yang melihatnya luluh hatinya, malam itu mereka berbincang cukup lama ditemani buah-buahan dan tak lupa Steve menyeduhkan kopi untuk mereka. Dengan ini para pemimpi itu melangkah maju dengan senyuman demi meraih tujuannya hari ini harus lebih baik dari hari kemarin.