Sudah tiga hari sejak tiga sekawan tinggal bersama Steve, shubuh itu 15 Februari 2006 Ihsan, Alim dan Yusuf sudah rapi pagi-pagi buta mereka sudah bersiap dan sekarang mereka sedang berlatih pagi bersama Steve, sudah tiga hari mereka tinggal bersama, Yusuf mendapatkan pesan dari orang tuanya bahwa orang tuanya, Ihsan dan Alim akan berangkat ke upacara bersama dan akan bertemu disitu.
Hari ini Steve mengantar ketiga adiknya itu, dia juga bersiap dan merapikan diri sambil melatih anak-anak kecil itu untuk menjadi setidaknya sedikit lebih kuat. Ketiga anak itu menyiapkan beberapa bekal yang diperlukan dan naik keatas vimana kecil milik Steve, selama perjalanan mereka melihat vimana-vimana beterbangan mendekati satu tempat terlihat didepan mereka sebuah pulau melayang yang berbentuk seperti bunga seroja, di dalamnya ada lapangan dan gedung-gedung yang sangat besar ini bangunan itu adalah padmasana bangunan utama ManasaSagara yang sebesar pulau dan melayang tinggi dilangit.
Mereka akhirnya sampai di atas bunga seroja itu lantai keramik marmer, kolam-kolam ikan bak danau dan taman bunga menghiasi tempat itu, kupu-kupu hinggap di tangan Ihsan, dia melihati kupu-kupu itu dengan penasaran warna oranye yang jarang dia lihat, lalu kupu-kupu itu terbang kelangit Ihsan terus melihatinya dan matanya terbelalak melihat di langit burung-burung yang sungguh cantik langit biru cerah dihiasi awan-awan dan dia melihat ribuan vimana terbang kearah mereka nampaknya mereka berempat bukan yang terakhir sampai disitu, hembusan angin kencang mulai mereka rasakan ketika mereka berjalan ke gedung upacara mendekati gedung upacara itu sebuah vimana yang berbentuk seperti perahu lewat didekat mereka, mereka hanya bisa menghalau angin kencang itu, perlahan Steve mulai melayang di udara berpamitan dengan adik-adiknya, "aku ke tempat latihan dulu ya kayaknya sudah mau mulai maaf gabisa ikutan," ucap Steve, "siap mas," ketiga anak itu membalas bersama dengan penuh semangat sampai diatas bukit mereka melihat ribuan vimana terparkir di sebuah lapangan besar ada vimana berbentuk perahu yang melewati mereka tadi, ada yang berbentuk seperti bunga lalu mereka melihat vimana berbentuk seperti gunung, Ihsan cukup mengenalinya itu vimana dari Shafa, wanita yang menyelamatkannya dihutan perkemahan waktu itu, setelah lama mencari mata mereka tertuju pada dua buah vimana kecil yang terparkir didepan mereka menghampiri vimana itu dengan berlari kencang dan terus memperhatikan keatas barangkali ada vimana lain yang ingin parkir angin kencang menderu-deru membuat jaket mereka berkibar didepan mereka tiga sosok yang sangat mereka kenal mereka berlari menuju ketiganya sembari berteriak memanggil, "bapaaak," pekik mereka bertiga dari kejauhan sembari berlari kepelukan bapak mereka.
Pertemuan bapak dan anak itu sungguh hangat bagi mereka mereka menatap ke gedung dengan sebuah senyum beberapa orang melayang kesana kemari beberapa dari mereka seolah berlari diudara diantara mereka ada anak-anak kecil yang baru diterima suasana cukup tenang waktu itu awan-awan bergulung memenuhi langit tempat upacara akan berlangsung, anak-anak itu berjalan diiringi awan, suasana riuh terdengar dari dalam gedung upacara lalu bersama ayah mereka Ihsan, Alim, dan Yusuf memasuki gedung upacara, "bapak, adek udah lahir," tanya Ihsan dengan riang, "gak tau, hari ini kayaknya tapi bapak keburu kesini duluan," balas Ikal sambil berjalan menuju gedung menuntun tangan kecil anaknya, sebelum memasuki gedung anak anak diminta untuk masing-masing memegang lilin kecil untuk penerangan didalam hanya cahaya dari lilin yang berpendar sisanya gelap tanpa cahaya masing-masing siswa baru mendapatkan satu papan layang berbentuk bunga teratai yang indah, Ihsan yang berdiri diatas papan teratai merah muda memegang lilinnya ditemani bapaknya melihat kedepan menyaksikan banyaknya cahaya lilin bergerak mengitari sesuatu lalu beberapa anak melayang dengan tangan memegang api dengan tangannya mereka juga dipakaikan pakaian serba tertutup lengkap dangan jubah dan topeng, Ihsan menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri lima orang bergerak ketengah dan berhenti mereka menggerakkan api itu seperti menari membuatnya semakin besar terlihat ditengah sebuah altar yang mereka berlima kelilingi sambil menari dengan api ditangan mereka lalu dengan cepat mereka menggerakkan tangannya menghempaskan api itu kearah altar, "fwoosh," semburan api dari lima arah secara bersamaan mengenai altar disertai sentakan kuat dan teriakan, seketika altar itu menyala menerangi seluruh ruangan bersamaan dengan itu seorang wanita berjalan menuju altar didampingi beberapa pengawal, terlihat emas dan permata menghiasi gaunnya yang indah disertai dengan sebuah mahkota tangannya memegang tombak bermata tiga yang disebut Trisula, setiap kali tombak itu dihentakkan ketanah suara dentuman kuat dirasakan di seluruh altar, wanita itu duduk disebuah singgasana dia sang ratu, penguasa ilmu pengobatan, masa tua seolah tak menyentuhnya, dialah Maharani Sukma, tak lama kemudian Maharani berdiri di depan altar dan menggunakan mantra tertentu agar suaranya mengeras dia mengangkat tangannya dan mulai berbicara.