"Kalian berdua jago masak juga," ucap Yusuf yang pagi itu menyeruput kuah mie ayam dengan lahap, "ya Ihsan, Alim, kurasa kalian bisa jualan ini," ucap Steve menggebu-gebu, "ahhh bisa laku keras nih," kata Lintang menimpali. Alim hanya tersenyum-senyum bangga, sedangkan Ihsan sibuk membereskan cucian. Pagi itu, seperti biasa, mereka akan berangkat sekolah. Mereka mulai pagi-pagi sekali karena Steve ada jadwal pagi dan mereka hanya punya satu vimana.
Setibanya di sekolah, Ihsan melihat sekeliling dengan bingung, tidak yakin apakah rencananya untuk berjualan akan berhasil. "Oi, masbro, kenapa celingak-celinguk?" tanya Rio, yang menyapanya dari langit-langit kelas. "Hei, Rio," jawab Ihsan. Berbeda dengan siswa-siswi lainnya, Ihsan tampak tenang. Dia sebenarnya lebih khawatir memikirkan cara membuka warung mie ayam yang disarankan Steve daripada apa yang terjadi di kelas. Tak lama kemudian, bel tanda masuk kelas berbunyi, dan mereka pun duduk untuk menyimak pelajaran hari ini.
Jam istirahat pun tiba. Ihsan segera menuju perpustakaan kelas sambil menikmati roti yang dibelinya di lorong. Setibanya di perpustakaan, ia mulai mencari buku yang diinginkannya dan akhirnya menemukan "Kitab Tatacara Memakai Teknik Atmasena." Tanpa menunggu lama, Ihsan langsung mendatangi penjaga perpustakaan untuk meminjam buku tersebut. Ia sangat ingin mempelajari teknik Atmasena ini bersama Alim dan Yusuf. Tak lama kemudian, bel berbunyi, dan Ihsan segera bergegas menuju ruang kelas GH027 untuk melanjutkan pelajaran.
"Toeeeet," suara terompet berbunyi, menandakan saatnya pulang telah tiba. Ihsan segera berlari ke lapangan parkir untuk menunggu Steve menjemputnya. Tindakan tiba-tiba Ihsan ini membuat teman-temannya merasa curiga. Shafa, yang merasa penasaran, mengikuti Ihsan yang biasanya ekspresif, tetapi kini terlihat berbeda.
Setelah tiba di rumah, Ihsan segera membuka buku yang baru diterimanya. Alim dan Yusuf, yang juga ikut dalam diskusi sebelumnya, membuka tas mereka dan menunjukkan buku-buku lain dengan topik yang sama, yaitu teknik Atmasena. "Aku harus kembali ke akademi, ada urusan penting. Sepertinya aku baru bisa pulang besok subuh," kata Steve. "Hati-hati, Mas Steve," jawab Ihsan. Steve pun berpamitan sambil melambaikan tangan kepada adik-adiknya.
Tak lama setelah itu, mereka mulai mempraktikkan apa yang telah mereka baca di buku dengan berbagai metode. Namun, karena kelelahan, mereka akhirnya terkulai kehabisan tenaga. "Oi Ihsan, ayo kita istirahat sejenak. Energi yang kita gunakan untuk formulasi Atmasena terlalu banyak," keluh Alim. "Iya, Alim benar. Belajar teknik Atmasena sepertinya butuh lebih dari sehari. Mengumpulkan dan membagi energi dengan tepat untuk membentuk kloningan ini memerlukan ketelitian," tambah Yusuf. Ihsan hanya bisa menatap langit dengan tenang, merasa energinya terkuras habis dan hampir pingsan. Dia pun bangkit dan memakan beberapa roti yang dibeli Alim dengan harga murah di rumah Vaivasvata.