"Kring-kring," suara sepeda memecah keheningan hari Minggu itu. Setelah berlatih satu teknik selama beberapa waktu, pagi itu mereka segera mencari perlengkapan yang diperlukan untuk berjualan.
"Kita masih belum punya kompor. Ayo beli, tapi di mana yang harganya murah? Uang kita menipis setelah membeli wahana kemarin," tanya Alim dengan bingung.
"Bagaimana kalau kita buat kompor sendiri?" sahut Yusuf.
"Buat!? Kau yakin, cop?" balas Alim.
"Iya, Alim. Di rumah Swayambu banyak barang yang bisa kita gunakan. Kalian kan bilang mau mulai jualan besok Senin," jawab Yusuf dengan penuh keyakinan untuk merakit perlengkapan tersebut.
"Yaaay, ayo berangkat!" seru Ihsan.
Yusuf menyiapkan angsanya dan terbang berboncengan dengan Ihsan. Alim ingin mencoba garudanya, jadi dia pun memutuskan untuk menggunakannya dalam perjalanan jauh pertamanya. Setelah mengenakan alat-alat keselamatan, mereka pun berangkat.
"Kenapa tidak beli kompor bekas saja, Yusuf?" tanya Ihsan.
"Hmm, sepertinya lebih baik jika kita merakit sendiri. Lagipula, aku juga ingin menunjukkan kepada kalian rumah Swayambu yang, hmm, keren banget dah pokoknya," jawab Yusuf dengan penuh kebanggaan.
Tak lama kemudian, mereka tiba di sekolah dan segera melepaskan wahana mereka. Sesampainya di rumah Swayambu, Yusuf langsung mengarahkan teman-temannya ke ruang perakitan.
"Sejauh ini, aku hanya diberi akses ke ruangan perakitan. Kayaknya ada beberapa barang bekas yang bisa kita gunakan untuk merakit kompor, dan itu gratis," kata Yusuf meyakinkan kedua temannya.
Setelah memasuki ruang perakitan, mereka melihat berbagai peralatan setengah jadi yang dipajang lengkap dengan harganya, serta barang-barang rongsokan yang dilabeli gratis.
Di dalam ruangan itu, mereka memilih beberapa suku cadang untuk merakit sebuah kompor. Setelah mendapatkan semua yang diperlukan, mereka mulai merakitnya. Begitu kompor selesai, mereka membuka koper dan mengeluarkan sebuah kotak penyimpanan kecil yang akan digunakan untuk menyimpan kompor tersebut. Meskipun merasa lelah, ketiga teman itu merasa puas dengan hasil kerja mereka. Saat mereka keluar, mereka melihat seseorang yang mereka kenal.
Yusuf segera menyapa, "Hei Sekar, apa yang kamu lakukan di sini?"
Sekar menjawab dengan semangat, "Hmm, aku sedang mencoba merakit robot pribadi. Kelas kita harus jadi yang terbaik!"
Yusuf menanggapi, "Dasar maniak penghargaan, itu kan cuma lomba lokal di lingkungan rumah Swayambu."
Sekar, yang masih fokus pada robotnya, menjawab, "Yusuf, ada alasan kenapa aku terpilih untuk lomba ini."
Alim, yang terpesona, berkata, "Kayaknya rumah ini canggih sekali."