Shangkara

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #17

Lir-ilir

Semilir angin menyapu wajah Ihsan, Alim, dan Yusuf. Mereka tengah berada di kilang reaktor fusi nuklir terdekat untuk menyetorkan gas. Meski bayaran tak seberapa, setidaknya itu bisa membantu Ihsan dan Alim mengurangi tumpukan gas di gudang mereka yang berpotensi meledak.

“Hihihi, gimana bisa kamu punya jagatpati buat suplai artaguna-mu, padahal cuma dikit. Hhh, ya sudahlah, namanya juga dari keluarga belum berada,” celetuk Alim sambil tertawa ringan.

“Hmm, aku juga gak tahu. Ini sudah pemberian Tuhan, aku gak bisa protes. Yang penting bisa bermanfaat. Lagian kamu udah tahu dari dulu, baru sekarang kamu tanyain lagi karena kita lagi tukar gas buat uang,” sahut Ihsan sambil menatap bintang-bintang di langit.

“Kalian tahu kan, artaguna kalian bisa dipakai bikin bintang juga, Ihsan, Alim? Meskipun butuh banyak banget sih, tapi kalau jumlahnya cukup bisa aja,” tambah Yusuf.

“Iya juga, Suf. Gak ada yang sia-sia. Lengkap udah, aku punya jagannata, kamu punya prajapati, dan Ihsan punya partikel jagatpati. Bisa juga dipakai buat masak, kan?” timpal Alim.

“Ya, kurang lebih begitu. Selama digunakan dengan tepat, bisa sangat berguna. Meskipun ketiga artaguna kita tergolong sumber daya paling murah,” ucap Yusuf.

Cipratan air menerpa wajah mereka; ternyata mereka tengah mengambang di atas laut, memutuskan untuk segera pulang dan menyiapkan perlengkapan sekolah keesokan harinya.

“Besok udah masuk sekolah ya. Hmm, liburnya panjang juga rasanya,” gumam Alim sambil menarik napas dalam.

“Ya, mari kita berdoa semoga urusan kita lancar,” ucap Ihsan, menyatukan tangannya, lalu diikuti oleh Alim dan Yusuf. Mereka pun melayang meninggalkan kilang itu, bersiap menghadapi toko dan sekolah esok pagi.

“Oi Lintang, kamu lagi ngapain?” seru Steve.

“Ada beberapa pesanan vimana pengangkut buat kandang. Aku diminta bantu jagain. Sama bikin keris juga, katanya lumayan laku,” jawab Lintang.

“Oh, udah datang ya? Cepet juga,” kata Steve.

“Iya, rumah Brahma Savarni memang gak pernah mengecewakan, padahal lagi libur. Aku mau lanjut bikin keris,” jawab Lintang.

“Oke deh. Eh, kamu kerjain sendiri? Bukannya preman-preman kemarin ikut bantu bikin senjata dan kerajinan? Kenapa gak mereka aja yang kerjain?” tanya Steve.

“Oh, soal mereka? Bukan gak percaya, tapi keris ini untuk diriku sendiri. Orang yang paling kenal diriku, ya aku sendiri. Jadi gak kukasih ke orang lain. Lagi pula, aneh juga gimana Ihsan bisa rekrut mereka. Dia juga sering banget ngelaporin ke pihak berwajib. Aku gak ngerti isi pikirannya, tapi tindakan dia sangat membantu. Eh, jualan sabunmu gimana?” tanya Lintang sambil terus menempa keris.

Lihat selengkapnya