Shangkara

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #19

Berkah Terkutuk

Satu hari telah berlalu sejak festival, dan sore itu Ihsan, Alim, dan Yusuf duduk santai di teras sepulang sekolah. Alim terlihat kelelahan karena kurang tidur, sementara Ihsan dan Yusuf tampak lesu akibat bekerja di toko dan masih memulihkan diri dari luka kejadian semalam.

“Hmm... kayaknya aku satu-satunya yang belum bisa menghasilkan elemen alam dari tubuhku sendiri,” keluh Ihsan.

“Iya, memang kau belum punya elemen dasar. Tapi mungkin lebih baik kalau kau mempelajarinya nanti, pas kita belajar cakra ketiga,” jawab Yusuf menenangkan.

Senja mulai menyelimuti langit. Alim menyalakan lampu minyak dengan percikan api kecil dari telapak tangannya. Mereka pun bersiap melaksanakan salat.

Malam itu, Alim merasa terasing. Sejak peristiwa rusa di festival, ia kerap mendengar bisikan yang tak henti mengganggu pikirannya. Suara-suara itu muncul begitu saja, seolah ingin berbicara langsung kepadanya. Meski ia berusaha mengabaikannya, bisikan-bisikan itu justru makin intens.

“Apa aku mulai kehilangan akal?” gumamnya sendiri, frustasi karena tak bisa tidur.

Energi dalam tubuhnya sebenarnya meningkat drastis, tapi suara-suara itu terus menyabotase konsentrasinya.

“Daripada berbaring dan tak bisa tidur, mending aku berlatih saja,” pikirnya.

Ia pun duduk tegak, menarik napas dalam-dalam, lalu mengalirkan energi secara penuh. Tubuhnya melayang, kemudian mulai mengendalikan beberapa bola api yang terbentuk dari tangannya, lalu mengarahkan mereka secara presisi di udara malam.

Setelah beberapa lama, Alim mendarat kembali. Namun suara-suara aneh itu masih bergema di pikirannya, membuat ia akhirnya memilih untuk bermeditasi sebagai jalan terakhir untuk meredakan gangguan itu.

Keesokan harinya, saat fajar menyingsing, Ihsan dan Yusuf bangun lebih awal untuk menghirup udara pagi. Betapa terkejutnya mereka saat melihat Alim sudah berada di halaman, bermeditasi dengan tubuh dikelilingi energi yang tak biasa.

“Hei, hei... kukira Alim lagi menyendiri di dalam kamar cari ketenangan buat tidur. Tapi ini kok malah udah meditasi di luar?” kata Yusuf heran.

“Aku juga bingung. Tanyain aja langsung?” balas Ihsan.

Mereka mendekat, dan segera menyadari ada yang berbeda dari sahabat mereka. Energi Alim kini jauh lebih besar dari sebelumnya, tapi terasa liar dan tidak terkendali.

“Hei cak Alim, biasanya energimu nggak sebanyak ini,” kata Ihsan.

"Benar, peningkatannya mendekati pertumbuhanku. Tapi kontrolmu kayaknya terganggu,” timpal Yusuf.

Lihat selengkapnya