Shangkara

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #21

Swargapati

Sudah seminggu sejak mereka pertama kali berusaha menciptakan jurus baru. Ihsan terlihat duduk di bawah pohon, menatap minyak oles yang baru saja diterimanya dari Shafa, sementara minyak yang kemarin telah habis. Setidaknya, minyak itu cukup efektif untuk menyembuhkan berbagai luka.

"Oi Ihsan, sepertinya ketua kelasmu sangat perhatian padamu, sudah dapat lagi ya," goda Yusuf.

"Baguslah, kita jadi terbantu," jawab Ihsan.

Mereka pun melanjutkan latihan, mengikuti Alim yang saat itu sudah menciptakan beberapa ledakan akibat jurus yang kurang stabil. Meskipun cuaca tidak bersahabat dan badai cukup kencang, semangat Ihsan, Alim, dan Yusuf untuk berlatih tetap tak pudar.

Beberapa jam berlalu, badai yang datang malah semakin hebat.

"Apakah kita perlu pindah?" tanya Yusuf.

"Kalau aku sih tidak perlu, coba tanya Ihsan," sahut Alim.

"Wuhuuu, ngapain pindah, Kuncoro lagi senang nih hihihi," kata Ihsan sambil menunggang lembunya.

Karena basah kuyup, mereka melepaskan baju dan bertelanjang dada, lalu melintasi langit dengan wahana masing-masing, terus-menerus menciptakan gumpalan energi yang mereka lempar ke sana-kemari, membuat badai yang mencekam itu semakin dipenuhi kilatan cahaya akibat ledakan bola energi mereka. Mereka terlihat bersenang-senang di sana. Setelah beberapa saat, mereka pun beristirahat sejenak dari latihan. Badai yang semakin kuat tidak membuat mereka bersembunyi; Yusuf malah memanfaatkan badai itu sebagai metode latihan tambahan untuk elemen petirnya, sementara Ihsan dan Alim menggunakan kesempatan itu untuk meditasi.

Tiba-tiba, terdengar suara sambaran petir yang sangat kuat dan bertubi-tubi, diikuti suara seekor gajah yang membuat ketiga anak itu waspada dan bersiap.

Badai semakin menderu, mendung semakin pekat, dan suara gajah itu kembali terdengar, kini disertai iringan suara terompet dan genderang yang membuat bulu kuduk merinding. Beberapa orang melayang turun dari langit menuju mereka, diikuti rombongan pemusik. Burung-burung terbang bersama orang-orang itu, membuat Ihsan, Alim, dan Yusuf semakin waspada karena orang-orang ini mulai melingkari mereka. Mereka segera berdiri melingkar, tetapi suara-suara di kepala Alim tiba-tiba semakin berisik dan membuatnya terjatuh.

"Aaaaargh!" teriak Alim kesakitan, membuat Ihsan dan Yusuf panik dan berusaha melindungi teman mereka.

Namun, sebelum mereka sempat berbuat apa-apa, "Boom!" Lima orang tiba-tiba turun di depan mereka dengan mata menyala dan persenjataan perang.

"Beraninya kalian menyentuh orang yang sudah diberkahi oleh Tuan Sakra," kata salah satu dari mereka sambil mengangkat tangan dan mengeluarkan pedang.

"HENTIKAN ROBI!" suara yang sangat kuat terdengar dari langit, membuat pemuda itu terdiam.

Tiba-tiba, seekor gajah putih yang sangat besar turun dari langit, begitu besar hingga membuat rusa yang menyerang mereka saat festival terlihat kecil. Gajah itu dihiasi, matanya bercahaya hijau, dan di punggungnya terdapat istana emas sebesar gunung. Di puncak istana, seorang pria terlihat duduk tenang, melayang mendekati Alim.

Yusuf yang berada di dekat Alim menembakkan petirnya, tetapi pria itu dengan mudah menangkis serangan tersebut.

Lihat selengkapnya