Shangkara

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #24

Akuma no Ko

"Bagaimana pendapatmu, Tuanku? Perubahan yang terjadi di kota ini tampaknya cukup positif," kata Seno saat berbincang dengan Sakra di ruang keraton.

"Hmm, teruskan Seno. Keadilan harus diwujudkan, kesetaraan harus diberikan, dan kemakmuran adalah kunci kebahagiaan, seperti yang diinginkan Rishi Bhataramuni dahulu. Sayangnya, banyak orang yang tidak menyadari impian Rishi Bhataramuni dan malah mencapnya sebagai penjahat," jawab Sakra.

"Oh, apakah ada informasi terbaru tentang kelompok Maharsi yang dipimpin Gifar?" tanya Seno.

"Mereka sudah berkembang pesat di kerajaan Ashoka. Ada kabar bahwa Yudi telah bergabung dengan mereka, dan mereka kini memiliki beberapa akshauhini pasukan. Situasi ini semakin tidak terkendali, sebaiknya kita tidak mencari masalah dengan mereka untuk saat ini," ujar Sakra.

Keduanya kemudian menatap ke luar jendela.

"Hari ini kita akan menyaksikan perubahan," kata Sakra.

Di pelataran keraton, berlangsung pasar murah yang hanya muncul saat bulan puasa. Ihsan tampak berkeliling sendirian, terlihat kebingungan mencari sesuatu. Tiba-tiba, suara akrab menyapanya.

"Oi Ihsan, apa yang kau lakukan?" sapa Shafa yang berjalan bersama saudara kembarnya, Rafi.

"Oh, Shafa, Rafi, kalian di sini juga? Aku sedang mencari bibit gandum untuk ladangku," jawab Ihsan.

"Hmm, ladang gandum!? Apa yang kau lakukan selama ini, Ihsan!?" tanya Rafi.

"Ekspansi, mungkin," celetuk Shafa sambil tertawa.

"Ya, permintaan produksi semakin tinggi, jadi aku harus memastikan kualitasnya terjaga," kata Ihsan.

Mereka bertiga lalu menyusuri pasar bersama, namun suasananya terasa janggal. Banyak orang asing dengan logat yang tidak dikenal. Shafa dan Rafi, yang berasal dari pusat dagang Garudapura, juga merasakannya. Ihsan akhirnya mendapatkan bibit yang dicari dan mengemasnya. Dengan memberi isyarat, seekor garuda datang menjemput sekantong bibit untuk dibawa kepada Alim. Namun tanpa disadari, seseorang sedang mengawasi mereka.

Usai berbelanja, ketiganya berjalan ke alun-alun untuk mencari jajanan. Saat mereka menikmati makanan, hujan deras turun, memaksa mereka berteduh di bawah pohon beringin. Tiba-tiba, mereka diserang.

Shafa dan Rafi langsung bereaksi, menangkis serangan, sementara Ihsan menghindar.

"Apa yang kau inginkan dengan menyerang kami!?" bentak Rafi, matanya mulai membentuk pola yang khas.

Lihat selengkapnya